Jakarta, Pahami.id –
Kementerian Luar Negeri RI buka suara atas dugaan tindak pidana perdagangan manusia orang (TPPO) yang menimpa kiper sepak bola muda asal Bandung tersebut, Rizki Nur Fadhilahdi dalam Kamboja.
Dalam keterangan resmi yang dilansir di laman resmi, Rabu (19/11), Kementerian Luar Negeri RI menegaskan Rizki bukanlah korban tip.
“Seperti diketahui, pemberitaan kasus yang melibatkan RNF khususnya di media sosial menarik perhatian banyak pihak di Kamboja.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri menyatakan Rizki tiba di KBRI Phonm Penh pukul 06.00 waktu setempat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
RNF meminta fasilitasi KBRI agar ia bisa kembali ke tanah air setelah keluar dari sindikat penipuan online tempat ia bekerja sebelumnya, demikian bunyi rilis tersebut.
KBRI pertama kali mendapat laporan dari keluarga Rizki melalui hotline Perlindungan WNI pada 10 November 2025. Namun minimnya informasi membuat KBRI kesulitan memproses keberadaan kiper muda tersebut.
Selama proses penggeledahan, KBRI terus berkomunikasi dengan pihak keluarga hingga akhirnya Rizki tiba dengan leluasa di KBRI pagi tadi.
Dugaan Rizki menjadi korban tip beredar di media sosial. Dalam narasi yang beredar di dunia maya disebutkan ia menerima tawaran menjadi pesepakbola di Medan. Namun, saya tidak tahu mengapa dia tiba di Kamboja.
“Setelah dilakukan investigasi mendalam oleh KBRI bersama RNF, diperoleh informasi bahwa yang bersangkutan sejak awal sudah mengetahui bahwa dirinya akan bekerja di Kamboja, namun ia tidak memberitahukan kepada keluarganya,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri.
Rizki, lanjut mereka, juga mendapat informasi lowongan tersebut melalui media sosial dan selama proses rekrutmen tidak ada tekanan. Namun Kementerian Luar Negeri RI membenarkan bahwa Rizki saat itu tergabung dalam sindikat penipuan online di Sihanoukville.
“RNF menerima informasi lowongan melalui media sosial dan saat proses rekrutmen tidak menerima tekanan.
Berbagai kondisi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa RNF tidak terbukti menjadi korban tip, tambah Kementerian Luar Negeri RI.
Saat ini KBRI Phnom Penh sedang memproses dokumen perjalanan dan berkoordinasi dengan instansi terkait di Kamboja agar Rizki bisa kembali ke Indonesia.
Kabar dugaan tip tersebut pertama kali diungkap ayah Rizki, Dedi Solehudin.
Dedi mengatakan, putranya menerima tawaran bermain sepak bola di Medan. Tawaran itu datang dari kenalan putranya di Facebook yang mengaku sebagai manajer klub.
Rizki kemudian berangkat pada 26 Oktober menuju Medan, dijemput travel dan dibawa ke Jakarta untuk kemudian terbang ke Medan.
Tapi dari Medan ternyata dia dibawa kembali ke Malaysia, lalu ke Kamboja. Awalnya dia tertarik bermain sepak bola, tapi kemudian dia dibawa bekerja di Kamboja, ujarnya.
Setelah itu, sang anak bercerita kepada ibunya yang bekerja di Hong Kong sebagai pekerja migran Indonesia (PMI). Kemudian ia menyampaikan kabar tersebut kepada ayahnya yang sedang berada di Bandung.
Sesampainya di Kamboja, putranya yang tergabung dalam SSB Hesebah langsung ditinggal sendirian dan terpaksa bekerja mencari korban penipuan online. Kemudian, jika anak-anaknya tidak mencapai target, mereka kerap mendapat kekerasan fisik.
“Anak saya disiksa setiap hari, masalahnya tidak dapat menemukan korban sasaran, makanya dia mencari orang Tionghoa yang kaya, harus mencari 20 orang Tionghoa, kalau tidak ketemu maka dia disiksa,” kata Dedi tentang putranya yang juga disebut-sebut pernah mengikuti pelatihan Perib.
(ISA/RDS)

