Site icon Pahami

Berita Kemendagri Target Seluruh Desa Terapkan Sistem E-Voting di Pilkades


Jakarta, Pahami.id

Kementerian Dalam Negeri (Kementerian Dalam Negeri) akan menggunakan alias pemungutan suara elektronik E-votes Dalam pemilihan kepala desa (Pilkades).

“Oleh karena itu, ketika gelombang Pilkades berikutnya jelas, Kementerian Dalam Negeri akan memaksimalkan penggunaan jajak pendapat di semua ziarah,” kata Wakil Menteri Way of Arya Sugiartto.

Bima mengatakan mekanisme itu digunakan di 1.700 desa sebelumnya. Dia mengatakan acara Pilkades di 1.700 desa dengan aman dan kondusif.


“Awalnya banyak orang tidak percaya, tetapi ketika para kandidat melihat ‘wow sistem membuat lapangan datar’ tanpa intervensi, jadi semuanya didukung,” katanya.

Bima menjelaskan bahwa mekanisme pemungutan suara dibantu oleh teknologi yang Brin mulai.

Dia mengatakan aplikasi dapat mengurangi anggaran untuk Pilkades.

Layar sentuh lalu dinyalakan Mencetak Dan Hard Copy Ditempatkan di kotak suara, satu telah diambil oleh pemilih, dengan lancar, “katanya.

Proposal untuk menghapus ambang batas untuk nominasi kepala regional

Di forum yang sama, Dewan Pengawas Asosiasi untuk Pemilihan dan Demokrasi (Uang) Titi Angali mengusulkan penghapusan ambang batas untuk nominasi kepala regional.

Dia mengatakan bahwa dalam konteks pembatalan artikel dalam undang -undang pemilihan yang mengendalikan ambang nominasi presiden Ambang presiden oleh Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu.

“Penghapusan ambang batas untuk mencalonkan kepala regional jika di negara itu, presiden dihapus, mengapa di kepala regional harus dipertahankan meskipun eksekutif nasional adalah referensi ke eksekutif regional,” kata Titi.

Titi juga mengusulkan implementasi pemilihan lokal selama dua tahun.

“Yang kami rekomendasikan adalah bahwa pemilihan negara adalah pemilihan negara yang memilih DPR, DPD, dan presiden pada saat yang sama, sehingga pemilihan lokal memilih DPRD dan kepala regional pada hari yang sama, tetapi jeda antara dua tahun dan lokal,” katanya.

Titi menjelaskan bahwa dua tahun istirahat adalah untuk mencegah praktik kekuasaan potensial ketika pemilihan simultan nasional dan lokal disatukan.

Dia mengatakan bahwa ketika pemilihan nasional dan lokal diadakan pada tahun yang sama, akan ada praktik ‘paksaan’ nasional yang membuat partai kehilangan identitasnya.

“Selain itu, ada korelasi antara nominasi kepala regional dan penguatan lembaga partai di daerah tersebut,” katanya.

(MNF/WIS)


Exit mobile version