Jakarta, Pahami.id –
Keluarga dari Direktur Eksekutif Yayasan Lokataru Delpedro Marhaen Meminta polisi metropolitan Jakarta untuk menyediakan akses ke alat tulis untuk Delpedro selama penangkapan.
Saudara laki -laki Delpedro Delpiero Hegelian mengatakan Delpedro ingin menyelesaikan tesisnya. Dia mengatakan polisi melarang alasan bahwa ada ketakutan akan grafiti di dinding.
“Mengenai perlakuan alat tulis, sementara Pedro ingin menyelesaikan tesisnya, polisi hanya memberikan informasi tentang pembatasan yang disebabkan oleh ketakutan akan grafiti di dinding,” kata Delpiero ketika dihubungi pada hari Jumat (19/9).
Delpiero mengatakan keluarganya dan kerabatnya telah mengirim alat tulis ke Delpedro. Namun, itu tidak dapat dimasukkan dari pengiriman barang.
Dia menjelaskan keluarga secara teratur mengunjungi Delpedro. Kondisi Delpedro berada dalam penahanan yang sehat tetapi berat badannya menyusut.
“Sejauh yang saya tahu, Pedro tidak kelaparan tetapi jika aktivis lain saya tidak tahu,” katanya.
Sementara itu, siswa saat ini yang merupakan anggota Front Mahasiswa Nasional UI (FMN), Gerakan Mahasiswa Nasional UI Indonesia (GMNI), Union Wanita Indonesia UI (Seruni), Union Proresif Jakarta (SPHP), mendesak polisi distrik metro untuk membebaskan Delpedro dan teman -teman.
“Pembebasan tanpa syarat langsung untuk semua jaksa klaim orang -orang, pengunjuk rasa dan aktivis tanpa kecuali di seluruh Indonesia,” tulis sikap mereka.
Sebelumnya, polisi metropolitan Jakarta telah menyebut enam orang sebagai tersangka dalam kasus yang telah dikatakan dalam gelombang demonstrasi.
Enam orang adalah Direktur Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen (DMR) dan akun Admin Instagram @LokATaru_foundation, Muzaffar Salim (MS) sebagai staf lokasi dan akun admin Instagram @blokpolitik.
Kemudian, Syahdan Husein (SH) sebagai administrator dari akun Instagram @Gejayanmon, Khariq Anhar (ka) sebagai admin @alalsimahasisisenggat, rap sebagai admin dari administrator akun @rap @fighaaaa.
(Yoa/Gil)