Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestinasudah memasuki bulan kedua sejak diluncurkan 7 Oktober lalu.
Serangan brutal Negara Zionis telah menewaskan sekitar 18 ribu orang, dengan mayoritas adalah anak-anak dan perempuan.
Warga sipil terus berlarian tanpa tahu harus kemana, mencari tempat aman karena sudah berkali-kali diperintahkan untuk mengungsi. Dari utara ke selatan, ke ujung selatan lagi, mereka harus terus bergerak untuk menyelamatkan nyawa mereka di “penjara terbuka”.
Jalur Gaza sering disebut sebagai penjara terbuka, karena berada di antara Mesir, Israel, dan Laut Mediterania. Daerah tersebut, yang juga dikenal sebagai “daerah kantong”, telah lama berada di bawah blokade Israel.
Menurut analis Palestina dari International Crisis Group, Tahani Mustafa, Jalur Gaza telah diblokade oleh Israel sejak kelompok Hamas memenangkan pemilihan umum pada tahun 2006 dan menguasai wilayah tersebut.
Sejak itu, Israel telah melakukan segala cara untuk memastikan bahwa Gaza, serta Tepi Barat, adalah wilayah yang terisolasi.
“Dalam hal membatasi kemampuan investasi, kendali atas sumber daya Gaza sendiri. Kami baru mengetahui bahwa Gaza sebenarnya memiliki cadangan minyak dan gas yang, lagi-lagi, Israel melarang mereka untuk mengaksesnya. Termasuk sumber daya air mereka sendiri yang sepenuhnya dikuasai oleh Israel. ,” kata Mustafa seperti dikutip NPR.
Akibat keterisolasian di berbagai wilayah, angka pengangguran di Gaza termasuk yang tertinggi di dunia. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hampir separuh warga Gaza menganggur, artinya tidak mampu bekerja.
Lebih dari 80 persen penduduknya hidup dalam kemiskinan.
“Setidaknya dalam setengah dekade terakhir, situasi sosial ekonomi di Gaza terus memburuk,” demikian laporan UNRWA pada Agustus lalu, seperti dikutip CNN.
Situasi ini juga berdampak pada kesehatan mental warga Gaza. Menurut Gisha, sebuah organisasi hak asasi manusia Israel yang berfokus pada kebebasan bergerak Palestina, warga Gaza sedang mengalami krisis kesehatan mental yang tidak terlihat.
“Di luar angka-angka tersebut, para profesional kesehatan mental di Gaza memberikan gambaran yang tidak terlihat mengenai krisis ini,” kata direktur eksekutif Gisha, Tania Hary.
|
Blokade Israel juga diperkuat dengan kebijakan ketat Mesir di perbatasan Rafah yang kerap sewenang-wenang terhadap pelancong Gaza. Warga Palestina yang ingin melewati Rafah seringkali diperlakukan buruk oleh otoritas Mesir.
Rafah adalah satu-satunya perbatasan Gaza dengan negara selain Israel.
“Israel, dengan bantuan Mesir, telah mengubah Gaza menjadi penjara terbuka,” kata Direktur Israel dan Palestina di Human Rights Watch (HRW), Omar Shakir, Juni 2022.
Menurut HRW, pembatasan yang dilakukan Israel juga dialami warga Palestina yang ingin pergi dan kembali ke Gaza. Otoritas Israel disebut melarang warga Palestina melintasi perbatasan Erez ke Tepi Barat.
Untuk menuju Tepi Barat, wilayah Palestina yang juga diduduki Israel, warga Gaza harus melewati Israel terlebih dahulu. Sebab, posisi wilayah tersebut berada di antara Israel.
Dalam kondisi tersebut, Israel juga melarang pemerintah Palestina mengoperasikan bandara atau pelabuhan di Gaza. Barang juga tidak diperbolehkan masuk dan keluar Gaza.
Bersambung di halaman berikutnya…
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);