Site icon Pahami

Berita Kader NU Temui Presiden Israel, Ganggu Upaya RI Dukung Palestina?


Jakarta, Pahami.id

Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kementerian Luar Negeri Indonesia) buka suara soal pertemuan kader Nahdlatul Ulama (NU) dengan Presiden Israel Isaac Herzog telah menjadi topik hangat perdebatan publik.

Sejumlah pihak menilai pertemuan tersebut mengganggu upaya Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.


Direktur Jenderal Asia Pasifik Abdul Kadir Jaelani mengatakan posisi Indonesia konsisten dengan apa yang telah diperjuangkan selama ini.

Yang pasti sikap RI tetap konsisten dengan kebijakannya selama ini, kata Kadir dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Luar Negeri Jakarta Pusat, Senin (22/5).

Dia kemudian berkata, “Kami mendukung solusi dua negara [solusi dua negara] dan kami ingin semua pekerjaan segera dihentikan.”

Solusi dua negara merupakan kerangka kerja yang disepakati masyarakat internasional sebagai solusi konflik Israel-Palestina.

Solusi dua negara mensyaratkan terbentuknya dua negara yang berdampingan, hidup damai, saling menghormati dan mengakui kedaulatan satu sama lain.

Sejauh ini, Indonesia mendorong solusi dua negara diterapkan di tengah perundingan gencatan senjata Israel-Hamas.

Seiring dengan upaya gencatan senjata yang terus digalakkan, masyarakat Indonesia heboh dengan pertemuan lima Nahdliyin dengan Herzog di Istana Kepresidenan Israel.

Mereka menjadi perbincangan setelah foto pertemuan tersebut viral di media sosial.

Salah satu kader NU yang juga ditemui Herzog, Zainul Maarif mengunggah fotonya di Instagram. Ia menulis bahwa ia lebih memilih “dialog” untuk menyelesaikan konflik Israel-Hamas daripada melakukan demonstrasi dan bergabung dalam gerakan boikot.

Sontak foto dan pertemuan mereka mendapat kecaman di tengah invasi Israel yang masih berkecamuk di Jalur Gaza.

Beberapa pihak menilai pertemuan dengan Herzog tidak akan berpengaruh menghentikan agresi brutal Israel. Apalagi presiden tidak mempunyai kekuasaan sebanyak perdana menteri.

Israel melancarkan invasi ke Gaza sejak Oktober 2023. Akibat operasi mereka, lebih dari 38.900 orang di Palestina tewas, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.

(isa/rds)



Exit mobile version