Jakarta, Pahami.id —
Konflik Wakil Presiden Filipina Sarah Duterte dengan Presiden Filipina Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr panas setelah pernyataan tentang ancaman membunuh Bongbong.
Keduanya telah lama berselisih dalam politik Filipina, mulai dari kebijakan luar negeri hingga perang melawan narkoba yang dilancarkan mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Konflik ini menyebabkan Sara mengundurkan diri dari kabinet pada Juni lalu. Namun, ia tetap menjabat sebagai wakil presiden.
Pengunduran diri tersebut menandai runtuhnya aliansi politik yang membantu Sara Duterte dan Marcos mengamankan kemenangan pada pemilu 2022 dengan selisih suara yang besar.
Sentimen terhadap Bongbong tidak hanya datang dari Sara, tapi juga dari anggota keluarga Duterte lainnya.
Pada Januari 2024, Walikota Davao City dan putra mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte, Sebastian Baste Duterte, mengkritik Bongbong dan meminta Bongbong mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
Menurut Sebastian, Marcos membiarkan permasalahan terus berlanjut di bawah pengawasannya, termasuk perpecahan dalam pemerintahan.
Yang terbaru, Sara meminta agar Bongbong dibunuh jika dibunuh. Pernyataan ini menanggapi seorang netizen yang memintanya untuk tetap aman.
Netizen tersebut mengatakan Sara Duterte berada di wilayah musuh ketika dia berada di ruang bawah tanah Kongres bersama kepala stafnya. Namun, Sara Duterte tidak menyebutkan dugaan ancaman terhadap dirinya.
Dia hanya mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan seorang pembunuh dan memerintahkan untuk membunuh Marcos, istrinya, dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Filipina jika dia terbunuh.
“Saya sudah bicara dengan seseorang. Saya bilang, kalau saya terbunuh, bunuh BBM (Bongbong Marcos), (Ibu Negara) Liza Araneta, dan (Ketua DPR) Martin Romualdez. Tidak bercanda. Tidak bercanda,” kata Sara. Duterte dalam konferensi pers, Sabtu (23/11).
“Saya berkata, ‘jangan berhenti sampai kamu membunuh mereka’ dan kemudian dia menjawab ya,” lanjutnya.
Pernyataan tersebut membuat Istana Kepresidenan Filipina berjanji akan mengambil tindakan serius.
“Menindaklanjuti pernyataan wakil presiden yang jelas dan tegas bahwa dia telah menyewa seorang pembunuh untuk membunuh presiden jika dugaan rencana terhadapnya berhasil, sekretaris eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini ke Komando Keamanan Presiden untuk segera mengambil tindakan yang tepat,” kata Presiden Filipina. Kata Kantor Penghubung.
“Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, apalagi ancaman tersebut telah diungkapkan secara jelas dan pasti kepada publik,” ujarnya.
(lom/kembali)