Jakarta, Pahami.id —
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah tewas dalam serangan Israel di ibu kota Lebanon, Beirut, Sabtu (28/9).
Laporan dari CNNPengumuman kematian Nasrallah dikeluarkan tak lama setelah klaim Israel bahwa Nasrallah terbunuh.
Sebelum kematiannya, Nasrallah adalah pengungsi Israel nomor 1 di Lebanon.
Hassan Nasrallah merupakan pemimpin Hizbullah dan disebut-sebut sebagai dalang yang membantu Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober.
Berkat bantuan Hizbullah, milisi Hamas berhasil menyusup ke perbatasan Israel dan melancarkan serangan yang berujung pada penyanderaan. Serangan Hamas memicu invasi brutal Israel ke Jalur Gaza dan telah menewaskan lebih dari 31.400 orang hingga saat ini.
Berikut profil dan jejak Hassan Nasrallah:
Pria kelahiran 1960 ini berasal dari keluarga Muslim Syiah di Bourj Hammoud, Lebanon. Ayahnya adalah seorang operator toko kelontong kecil.
Nasrallah sejak kecil telah mempelajari agama Islam dan digambarkan sebagai murid luar biasa yang taat pada agama. Namun, sejak perang saudara di Lebanon pecah pada tahun 1975, ia dan keluarganya melarikan diri ke selatan menuju Beirut.
Dilansir dari Britannica, ia juga bergabung dengan gerakan Amal, kelompok paramiliter Syiah Lebanon yang memiliki hubungan dengan Iran dan Suriah.
Sejak itu, ia mulai mempelajari ilmu Syiah dan berjuang bersama kelompoknya.
Namun invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 menyebabkan ia meninggalkan Amal dan bergabung dengan Hizbullah untuk memperdalam ilmu dan perjuangannya.
Kiprahnya dalam kepemimpinan paramiliter menjadikannya lebih tinggi pada tahun 1980. Kemudian, ia pergi ke Iran untuk melanjutkan pendidikan agamanya di Qom dan kembali berperang di Lebanon pada tahun 1989.
Setelah pemimpin Hizbullah saat itu, Syekh Abbas Al-Mussawi, tewas akibat serangan rudal Israel, ia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah.
Nasrallah memiliki kharisma dan pesona yang halus. Hal ini membuatnya kerap menjadi teladan bagi sebagian anggota Hizbullah.
Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah mengembangkan jaringan program kesejahteraan sosial yang berhasil menarik simpati masyarakat luas. Israel menganggap Hizbullah sebagai lawan yang serius di Lebanon selatan.
Setelah berhasil memimpin Hizbullah, ia menjadi fokus negara-negara Barat. Dia telah bernegosiasi dengan AS mengenai gencatan senjata dalam serangan Israel. Namun negosiasi tersebut tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Hingga suatu saat, serangan Hizbullah terhadap Israel terbukti menjadi faktor penting dan mendorong Israel menarik diri dari Lebanon selatan pada tahun 2000. Hal ini memperkuat posisi Nasrallah dalam politik negara yang membuatnya mendapat banyak pujian.
“Saya tidak percaya Israel adalah negara hukum karena negara ini didirikan atas dasar pendudukan,” kata Nasrallah seperti dikutip Al Jazeera.
Karya politiknya juga terlihat ketika ia dan Hizbullah menuntut lebih banyak kursi di parlemen pada tahun 2006. Ia dan sekutu politiknya mengorganisir protes di seluruh Lebanon selama setahun.
Hingga November 2007 ia melancarkan boikot untuk mencegah Majelis Nasional memutuskan memilih presiden baru. Posisi ini dibiarkan kosong.
(tim/DAL)