Jakarta, Pahami.id —
tentara Israel melancarkan serangan terbaru yang menargetkan markas Hizbullah di pinggiran selatan ibu kota Beirut, Libanonpada Jumat (27/9) waktu setempat. Serangan itu mengguncang Beirut dan menimbulkan kepulan asap tebal.
Kantor berita Axios mengutip sumber Israel yang mengatakan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah menjadi sasaran serangan itu. Namun Hizbullah mengklaim Nasrallah aman.
Sebuah sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada Reuters bahwa Nasrallah masih hidup. Kantor berita Iran Tsanim juga melaporkan bahwa Nasrallah selamat dari serangan itu.
Televisi Hizbullah al-Manar melaporkan empat bangunan hancur dan banyak korban jiwa dalam beberapa serangan.
Sementara itu, militer Israel mengaku telah melakukan serangan yang ditargetkan terhadap markas besar Hizbullah, yang dikatakannya “tertanam di bawah sebuah bangunan tempat tinggal di jantung Dahiyeh di Beirut”.
Israel telah melakukan beberapa serangan di pinggiran selatan Beirut yang dikuasai Hizbullah, yang dikenal sebagai Daniyeh. Serangan itu menewaskan tiga komandan senior militer Hizbullah.
Namun, serangan pada hari Jumat bahkan lebih besar lagi, mengguncang jendela-jendela bangunan di seluruh kota. Serangan ini juga disebut sebagai serangan paling mematikan yang dilakukan Israel di Beirut, selama hampir setahun konflik dengan Hizbullah.
Saat penyerangan terjadi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang berada di New York, Amerika Serikat, untuk berpidato di Majelis Umum UNB.
“Selama Hizbullah memilih jalur perang, Israel tidak punya pilihan lain, dan Israel berhak menghilangkan ancaman ini dan memulangkan rakyat kami dengan selamat ke rumah mereka,” kata Netanyahu pada sidang PBB.
Eskalasi yang terjadi minggu ini telah membuat sekitar 100.000 orang di Lebanon terpaksa mengungsi, menjadikan jumlah orang yang mengungsi di negara tersebut akibat konflik menjadi lebih dari 200.000 orang.
(Dna)