Jakarta, Pahami.id –
Aktivis yang tepat serta presiden loyalis Amerika Serikat Donald Trump, Charlie KirkDitembak mati saat membahas penembakan massal di Universitas Lembah Utah pada hari Rabu (10/9).
Kirk telah dikenal sebagai sosok yang mendukung kepemilikan senjata api untuk publik dan besinya ditembak mati oleh senjata api.
Insiden itu dimulai ketika salah satu penonton bertanya tentang penembakan massal.
“Anda tahu berapa banyak transgender yang menjadi korban penembakan massal dalam 10 tahun terakhir,” katanya, mengutip Al Jazeera.
Kirk kemudian menjawab, “Terlalu banyak.”
Peserta bergegas di Kirk, “Apakah Anda tahu berapa banyak penembak massal di Amerika Serikat dalam 10 tahun terakhir?”
“Termasuk atau tidak kekerasan gangster?” Kirk berkata lagi.
Kemudian suara bidikan. Penonton terlihat berteriak, berlari, dan terlihat panik.
Menurut laporan itu, Kirk ditembak di leher dalam tembakan.
Jauh sebelum insiden itu, sebuah petisi tampaknya menolak acara berjudul American Comeback Tour yang merupakan bagian dari proyek Kirk.
Petisi meminta Universitas Lembah Utah untuk memblokir acara tersebut dan menuduh Kirk menolak nilai -nilai pemahaman, penerimaan, dan kemajuan kampus yang ditegakkan.
Namun, kampus mengatakan mereka mendukung hak dan klub organisasi mahasiswa/mahasiswa yang mengundang pembicara ke universitas sebagai komitmen terhadap kebebasan opini dan dialog yang konstruktif.
Kunjungan kembalinya Amerika di Turning Titik Amerika Serikat (TPUSA) yang mempromosikan siswa untuk mempromosikan prinsip -prinsip pasar bebas, pemerintah terbatas, pajak, hak senjata. TPUSA saat ini memiliki cabang di lebih dari 850 universitas. Kirk adalah co -founder dari organisasi ini.
Selain itu, ide -ide yang disampaikan oleh Kirk juga ditolak oleh banyak orang. Dia menyebarkan pandangan anti-transgender dan skeptisisme pandemi Covid-19, menyebarkan klaim palsu bahwa hasil pemilihan tahun 2020 dicuri, dan menyoroti teori konspirasi tentang mengganti orang kulit putih dengan minoritas atau penerus yang hebat.
(Yesus/BAC)