Site icon Pahami

Berita Iran Tegaskan Punya Hak untuk Tanggapi Serangan Israel


Jakarta, Pahami.id

Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya mempunyai ‘hak untuk menanggapi’ agresi apa pun, termasuk melawan Israel.

Pernyataan itu muncul setelah Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan deeskalasi di tengah meningkatnya ketegangan dengan Israel menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat berada di Iran.

“Iran tidak akan pernah menyerah pada tekanan, sanksi, dan ancaman. Kami berhak merespons agresor sesuai norma internasional,” kata Pezeshkian, seperti dilansir kantor berita resmi Iran. IRNASenin (13/8).


Sebelumnya, Scholz menyatakan keprihatinan mendalam tentang penyebaran kekerasan di Timur Tengah saat berbicara melalui telepon dengan Pezeshkian hari ini.

Scholz meminta Presiden Pezeshkian untuk melakukan segala kemungkinan untuk mencegah eskalasi militer lebih lanjut.

Jerman menyatakan keprihatinannya yang besar terhadap bahaya konflik regional di Timur Tengah, dan mengatakan siklus kekerasan di Timur Tengah harus diputus sekarang.

Scholz adalah salah satu dari banyak pemimpin internasional yang berupaya meredakan ketegangan yang meningkat antara Iran dan Israel.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan para pemimpin Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris hari ini mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak Iran menghentikan ancamannya untuk menyerang Israel.

“Kami menyerukan Iran untuk menghentikan ancamannya menyerang pasukan Israel dan mendiskusikan konsekuensi serius bagi keamanan regional jika serangan seperti itu terjadi,” kata para pemimpin setelah berbicara melalui telepon.

Garda Revolusi elit Iran telah mulai mengadakan latihan militer di wilayah barat negara itu. Iran telah bersumpah membalas dendam terhadap Israel setelah kematian pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.

Kantor berita negara Iran, IRNA, melaporkan latihan militer tersebut berlangsung pada 9-13 Agustus.

“(Latihan ini) untuk meningkatkan kesiapan dan kewaspadaan tempur,” kata seorang pejabat dikutip Reuters, Minggu (11/9).

Simulasi perang ini terjadi ketika Iran bersumpah akan membalas dendam terhadap Israel, yang dituduh berada di balik kematian Haniyeh. Haniyeh meninggal di Teheran setelah menghadiri pelantikan Presiden Massoud Pezeshkian pada akhir Juli.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamaeni mengatakan dia akan menghukum Israel dengan berat.

Sementara itu, Israel memperingatkan Iran tentang serangan mereka terhadap Negara Zionis.

“Siapa pun yang menyakiti kami dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya kemungkinan besar akan mendapat balasan dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoavi Gallant.

Gallant juga menegaskan, Israel tidak menginginkan perang, namun harus siap menghadapi segala kemungkinan.

(pta/pta)



Exit mobile version