Jakarta, Pahami.id —
Lembaga Penelitian Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) merilis laporan yang menyebutkan puluhan eks narapidana terorisme asal Poso, Sulawesi Tengah, bekerja di industri pertambangan. Morowali.
Dalam laporan yang dirilis pada 31 Januari, IPAC menyebut Taman Perindustrian Morowali Indonesia (IMIP), kawasan penghasil nikel utama di Sulawesi Tengah, merupakan kawasan yang mempekerjakan mantan teroris.
Bahkan ada beberapa narapidana yang baru keluar dari penjara.
“Secara total, sekitar 40 mantan narapidana mendapatkan pekerjaan di atau sekitar IMIP, atau dengan memberikan jasa kepada perusahaan pertambangan di wilayah Poso-Morowali,” tulis laporan IPAC.
“Mereka terutama tertarik untuk menghasilkan uang, bukan menimbulkan masalah. Namun, ada dua bahayanya [yang membayangi],” lanjut IPAC.
IPAC menjelaskan, bahaya pertama adalah konflik sosial seputar IMIP berpotensi meningkat, terutama ketika identitas etnis lokal semakin kuat dan terjadi bentrokan antara warga lokal dengan tenaga kerja asing yang datang.
Jika terjadi perkelahian, para mantan narapidana ini mungkin berada di bawah tekanan untuk memihak. Pengalaman tempur mereka ketika masih menjadi militan mungkin akan menyebabkan kekacauan lebih lanjut.
Bahaya kedua adalah kemungkinan masih ada segelintir narapidana yang ingin membangkitkan kembali semangat Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Narapidana mungkin melihat IMIP sebagai lahan subur untuk perekrutan.
Hingga Juni 2023, IMIP mempekerjakan sekitar 91.581 pekerja lokal dan 11.615 orang asing asal Tiongkok. Mereka termasuk puluhan tahanan dan militan yang terlibat dalam kegiatan ekonomi di Morowali dan Morowali Utara. Mereka terbagi dalam tiga kategori: pekerja smelter, satpam tambang, dan pemasok minyak diesel,” tulis IPAC.
Para mantan narapidana ini pada dasarnya bisa bekerja di IMIP karena persyaratan masuknya tidak ketat. Banyak smelter yang masuk IMIP padahal belum punya pengalaman atau pengetahuan di bidang industri nikel.
IPAC menjelaskan, aktivitas perekonomian di Morowali memberikan dampak positif terhadap kehidupan banyak mantan narapidana. Sebab, mereka tidak lagi bergantung pada bantuan program deradikalisasi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
IPAC juga menjelaskan mengapa mantan narapidana di wilayah Morowali rentan terhadap radikalisasi ulang, salah satunya karena ketegangan yang timbul akibat permasalahan di IMIP. Permasalahan tersebut antara lain kemarahan masyarakat lokal, ketegangan antara warga lokal dengan tenaga kerja asing yang datang, sengketa tanah, bisnis, dan lain sebagainya.
IMIP langsung membantah laporan IPAC yang menyebutkan mantan narapidana terorisme bekerja di tambang Morowali.
Direktur Komunikasi Korporat IMIP Emilia Bassar menceritakan CNNIndonesia.com pada Senin (12/2), tidak ditemukan data nama pegawai yang dirujuk IPAC.
“Kami menjunjung tinggi prinsip non-diskriminasi dalam perekrutan, termasuk tidak menyelidiki secara mendalam latar belakang agama/keyakinan yang menyebabkan diskriminasi terhadap karyawan. Kami berharap ini membantu,” kata Emilia.
(blq/baca)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);