Site icon Pahami

Berita Hibah Yayasan Pendidikan Dihentikan karena Penyelewengan


Jakarta, Pahami.id

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi Mengembangkan penghentian dana hibah untuk dasar -dasar pendidikan termasuk agama, karena telah disalahgunakan sejauh ini untuk membuat distribusi yang tidak merata dan target yang salah.

Dia memberikan contoh informasi tentang penemuan keberadaan dasar baru yang tidak sah, tetapi menerima miliaran dana rupiah yang tidak digunakan karena harus meningkatkan kualitas pendidikan.

“Saya tidak ingin dana hibah dinikmati oleh pihak -pihak tertentu, ini tidak dapat diterima, jadi saya menghentikannya terlebih dahulu.


Keberadaan tindakan yang mengarah pada dana hibah di Yayasan Pendidikan yang tidak merata dan target yang salah, kata Dedi, untuk sementara menangguhkan salah satu dana hibah dari Jawa Barat, sampai persetujuan lembaga pendidikan oleh Departemen Pendidikan Agama dan Kementerian Kantor Agama di Jawa Barat.

“Rencananya juga didukung oleh Java DPRD Barat,” katanya.

Setelah penghentian sementara dana hibah untuk Yayasan Pendidikan, Dedi juga mengatakan dia membuka kemungkinan distribusi bantuan hibah untuk pembangunan ibidaiyah madrasah dan sekolah Tsanawiyah yang merupakan kekuatan Kementerian Agama Agama/Kota.

“Pemerintah daerah siap membantu pembangunan sejumlah siswa yang jelas, saya tidak ingin pelecehan, saya menunggu data resmi dari Kementerian Agama di Jawa Barat,” katanya.

Selain itu, Dedi juga mengatakan bahwa partainya ingin memperbarui pendidikannya di Jawa Barat, termasuk masalah pengakuan siswa baru yang sering mengarah ke festival termasuk tingkat SMA/Madrasah Aliyah.

Oleh karena itu, ia bertanya dan berharap Kantor Pendidikan Jawa Barat dan Kantor Regional Kementerian Agama di Jawa Barat untuk menentukan kapasitas dengan jelas.

“Jika tidak cukup, siswa harus diarahkan ke sekolah swasta yang ditunjuk. Pemerintah Daerah Jawa Barat akan membantu mendanai siswa yang menghadiri sektor swasta, selama lokasi jelas,” kata Dedi Mulyadi.

Hal yang sama berlaku untuk pendaftaran siswa primer dan junior yang merupakan kekuatan pemerintah kabupaten/perkotaan.

“Semua pihak menyatukan visi dan misi mereka dalam urutan pendidikan di Jawa Barat,” katanya.

Dia juga menambahkan bahwa sekolah, terutama tingkat pertengahan atas atau pertama, mungkin tidak dekat dengan primer/junior yang ada untuk menghindari perjuangan bagi siswa.

Dengan pendekatan ini, Dedi optimis bahwa target 100 persen partisipasi sekolah hingga tingkat sekunder/MA akan dicapai di semua wilayah Jawa Barat.

(Antara/gil)


Exit mobile version