Site icon Pahami

Berita Hampir 4 Tahun, Mengapa Perang Rusia-Ukraina Tak Kunjung Berakhir?

Berita Hampir 4 Tahun, Mengapa Perang Rusia-Ukraina Tak Kunjung Berakhir?

Jakarta, Pahami.id

Sejak serangan itu Rusia ke Ukraina Pada 24 Februari 2022, perang kedua negara belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Meski usulan perdamaian dan beberapa pertemuan kerap dilakukan, termasuk oleh Amerika Serikat.


Baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa jika negara-negara anggota NATO Eropa bertekad untuk memulai perang dengan Rusia, maka Moskow akan memenangkan perang tersebut. Artinya perang akan terus berlanjut dan mungkin akan menimbulkan lebih banyak korban jiwa.

Meski perang ini disebut-sebut sebagai yang terburuk sejak Perang Dunia II.

Baru-baru ini, perundingan antara Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Steve Witkoff, pada Selasa (2/12) untuk membahas kemungkinan gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina juga berakhir menemui jalan buntu.

Berikut dua alasan mengapa Perang Rusia vs Ukraina belum juga terselesaikan meski sudah berlangsung hampir empat tahun.

Baca di halaman berikutnya…

keterlibatan NATO

Para ahli dari kelompok krisis internasional Think Tank menilai Perang Rusia-Ukraina berlangsung lama karena berbagai bantuan yang diberikan negara-negara Barat kepada Ukraina.

Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) terus mengirimkan senjata canggih ke Kyiv untuk membantu bekas Uni Soviet mempertahankan diri dan melawan agresi Rusia.

Bahkan, mereka juga mengklaim bahwa beberapa negara NATO terus melatih tentara Ukraina dan mendanai pemerintah Ukraina. Apalagi kini NATO mempunyai anggota baru yaitu Finlandia yang berarti semakin banyak negara yang membantu persenjataan militer Kyiv.

“Uni Eropa tidak hanya mengoordinasikan bantuan militer ke Ukraina tetapi juga menjajaki pengadaan senjata yang lebih kooperatif, dengan tujuan ganda untuk membantu Kyiv dengan lebih baik dan memastikan kemampuannya untuk menghalangi Moskow,” kata Crisis Group.

Sementara Ukraina terus menerima bantuan dari sekutunya, Rusia tampaknya tidak peduli dan terus mempertahankan diri dengan berbagai senjata miliknya dan yang diduga didukung oleh Korea Utara.

Presiden Putin telah lama percaya bahwa dukungan Barat terhadap Ukraina akan berkurang seiring berjalannya waktu. Kremlin yakin jika mereka tetap bertahan, negara-negara Barat pada akhirnya akan memperlambat atau mengakhiri bantuan ke Kyiv dan memaksa Ukraina untuk berdamai.

“Bahkan jika itu berarti Kyiv menyerahkan kedaulatan dan sebagian wilayahnya,” tulis Crisis Group.

Mengambil keuntungan dari perang

Tidak dapat dipungkiri, perang Rusia-Ukraina telah memberikan keuntungan bagi beberapa negara, khususnya produsen senjata.

Beberapa perusahaan manufaktur senjata tahun ini meraup keuntungan besar akibat perang Rusia-Ukraina dan invasi Israel ke Gaza. Berdasarkan laporan AFP, 100 produsen senjata terbesar di dunia memperoleh pendapatan hingga US$679 miliar atau setara (Rp11,304 triliun) pada tahun ini.

Beberapa peneliti mencatat bahwa perang di Ukraina dan Jalur Gaza meningkatkan permintaan senjata secara gila-gilaan pada tahun lalu. Namun kendala produksi juga menghambat pengiriman.

Angka pendapatan tahun 2024 tercatat lebih tinggi 5,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada periode 2015-2024, pendapatan 100 produsen senjata terbesar meningkat sebesar 26 persen, menurut catatan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

“Tahun lalu, pendapatan Global Arms mencapai tingkat tertinggi yang pernah dicatat oleh SIPRI karena produsen mengambil keuntungan dari tingginya permintaan,” kata Lorenzo Scarazzato, peneliti di Program Produksi Militer dan Produksi Senjata SIPRI, dalam sebuah pernyataan.



Exit mobile version