Site icon Pahami

Berita Hamas Tunda Perundingan Sandera karena Israel ‘Bombardir’ RS di Gaza

Jakarta, Pahami.id

Kelompok Hamas menunda negosiasi penyanderaan karena tentara Israel menargetkan serangan di daerah sekitar rumah sakit Al Shifa di GazaPalestina.

Mengutip dari ReutersHal ini diungkapkan salah satu pejabat Palestina terkait dinamika terkini di Gaza yang dibombardir tentara Israel (Israel Defence Forces/IDF)

Sejak Jumat (10/11), kawasan sekitar RS Al Shifa diserang IDF baik melalui udara maupun tank di darat. IDF menuduh kelompok milisi Hamas menggunakan rumah sakit tersebut sebagai ‘kedok’ untuk bersembunyi. Namun Hamas membantah tuduhan tersebut.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN KONTEN

Israel telah menembaki Gaza selama lebih dari sebulan, sebagai respons atas tindakan kelompok Hamas pada 7 Oktober.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak seruan internasional untuk gencatan senjata dan diakhirinya pemboman di Jalur Gaza.

Netanyahu malah menyatakan bahwa IDF akan terus menyerang milisi Hamas di Gaza dengan kekuatan penuh.

Kutipan Al JazeeraDalam pernyataan yang disiarkan di televisi, Netanyahu mengatakan gencatan senjata hanya akan mungkin terjadi jika Hamas membebaskan 240 sandera yang disandera dari Israel selatan pada 7 Oktober.

“Keputusan kabinet cukup jelas – tidak akan ada gencatan senjata sampai para sandera dikembalikan,” kata Netanyahu seperti dikutip Haaretz.

“Kepada para pemimpin negara-negara Arab yang peduli dengan masa depan negara Anda di kawasan – Anda harus bangkit melawan Hamas,” tambahnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan Gaza akan hancur setelah perang. Kemudian, lanjutnya, Isarael akan ‘terus mengontrol keamanan di sana’.

Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan ‘kontrol keamanan’, Netanyahu menjawab bahwa pasukan Israel dapat memasuki Gaza bila diperlukan untuk memburu milisi Hamas di wilayah tersebut.

“Saya ulangi: kontrol keamanan total dengan kemampuan untuk masuk [Gaza] kapan saja Anda ingin melenyapkan teroris yang mungkin bersiap untuk kembali,” katanya.

(aljaeera, Reuters/anak-anak)

[Gambas:Video CNN]

Exit mobile version