Jakarta, Pahami.id —
Hamas menerima proposal gencatan senjata dengan Israel yang diajukan Amerika Serikat (AS), termasuk pembebasan sandera 16 hari setelah fase pertama perjanjian yang bertujuan untuk mengakhiri perang.
Menurut sumber senior Hamas Reuters, kelompok militan ini sepakat untuk mengabaikan tuntutan komitmen Israel terhadap gencatan senjata permanen. Hamas juga disebut telah sepakat bahwa perundingan kelanjutan gencatan senjata akan dilakukan pada tahap pertama enam minggu.
Seorang pejabat Palestina yang dekat dengan upaya perdamaian mediasi internasional mengatakan proposal tersebut dapat menghasilkan kesepakatan kerangka kerja jika diterima oleh Israel dan akan mengakhiri perang sembilan bulan dengan Hamas di Gaza.
Sumber lain dari tim perunding Israel yang enggan disebutkan namanya menjelaskan pada Jumat (5/7) bahwa ada peluang nyata untuk mencapai kesepakatan. Berbeda dengan sikap Israel yang selalu menolak tuntutan Hamas.
Juru bicara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum menanggapi permintaan komentar mengenai masalah ini pada Sabtu (6/7). Pada hari Jumat mereka mengatakan dialog gencatan senjata akan dilakukan minggu depan dan menekankan kesenjangan antara kedua belah pihak masih ada.
Sejauh ini perang antara Israel dan Hamas telah merenggut nyawa lebih dari 38 ribu warga Palestina menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas.
Perang meletus setelah Hamas menyerang kota-kota Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang, menurut pernyataan Israel.
Proposal baru yang diajukan AS ingin memastikan bahwa mediator menjamin gencatan senjata sementara, pengiriman bantuan dan penarikan pasukan Israel selama negosiasi untuk melaksanakan perjanjian tahap kedua.
Upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera semakin intensif selama beberapa hari terakhir dengan adanya diplomasi erat antara AS, Israel, dan Qatar. Qatar memimpin upaya ini dari Doha, tempat basis Hamas di pengasingan.
(biaya)