Jakarta, Pahami.id –
Pita Hamas mengutuk keputusan Perdana Menteri Israel Benjamin NetanyahuSiapa yang ingin memenangkan Gaza City Strip Gaza. Hamas menyebut rencana Israel sebagai “kejahatan perang”.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyatakan penggunaan istilah “kontrol” daripada “menduduki”, menunjukkan bahwa pemerintah Israel berusaha menghindari tanggung jawab hukum “karena kejahatannya yang kejam terhadap publik.”
Hamas juga menuduh pemerintah Israel tidak mengenai nasib tahanan Gaza yang bisa menjadi korban dengan pengembangan intrusi yang kejam.
“Mereka menyadari bahwa memperluas intrusi berarti mengorbankan mereka,” kata Hamas, dikutip oleh Al Jazeera.
Hamas melanjutkan, perjuangan untuk wilayah itu juga menjelaskan bahwa penarikan Israel dari putaran terakhir negosiasi, meskipun mencapai gencatan senjata.
Sejak awal, Israel menuduh Hamas tidak bermaksud menjadi gencatan senjata. Bahkan, sejauh ini negara Zionis telah meminta banyak kondisi untuk memperumit posisi Hamas.
Saudi hampir tidak orang Israel
Arab Saudi juga mengutuk keputusan Israel untuk merebut Kota Gaza.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (8/8), Kementerian Luar Negeri Saudi menyatakan bahwa keputusan itu adalah “kegigihan otoritas Israel dalam melakukan krisis kelaparan, praktik kejam, dan pembersihan etnis terhadap Palestina”, seperti dikutip oleh Al Arabiya.
Kabinet keamanan Israel pada Jumat pagi menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mengambil alih Kota Gaza. Keputusan itu dibuat setelah Netanyahu sebelumnya bermaksud untuk menyelesaikan Jalur Gaza.
Namun, rencana perjuangan keseluruhan telah dikritik oleh berbagai partai, termasuk PBB (PBB).
Kepala Staf Militer Israel (IDF), Letnan Jenderal Eyal Zamir, juga termasuk mereka yang memperingatkan Netanyahu tentang risiko perselisihan Gaza.
Menurut tiga sumber yang mengetahui perjalanan diskusi, Zamir menekankan bahwa penaklukan penuh Gaza akan membuat tentara terperangkap di wilayah tersebut dan membahayakan keselamatan tebusan.
(BLQ/DNA)