Jakarta, Pahami.id —
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid mengimbau masyarakat setempat Gunung YaKabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) waspada karena gunung tersebut mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
“Masyarakat sekitar G. Iya dan pengunjung/wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di (Daerah Rawan Bencana) KRB III dan KRB II baik di darat maupun di laut dalam radius 3 kilometer dan sektor 5 kilometer ke arah selatan. merupakan potensi ancaman tsunami dari kawah aktif Gunung Yes,” kata Muhammad Wafid dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (9/11).
Berdasarkan hasil pantauan visual dan instrumental Badan Geologi, Gunung Iya menunjukkan peningkatan aktivitas dan potensi bahaya. Oleh karena itu, tingkat potensi aktivitas Gunung Iya dinaikkan dari Level II (Peringatan) menjadi Level III (ALERT), mulai 5 November 2024 pukul 18.00 WITA.
Pemantauan yang dilakukan pada periode 1 Oktober hingga 9 November 2024 menunjukkan adanya asap berwarna putih dan abu-abu dari kawah utama dengan intensitas ringan hingga sedang dan ketinggian sekitar 10-300 meter dari puncak.
Kemudian, pemantauan visual dengan drone kawah pada 5 November menunjukkan asap kawah tipis berwarna abu-abu sekitar 50 meter di atas puncak.
Pantauan pagi tadi pukul 08.41 WIB menunjukkan asap kawah berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal pada ketinggian 100-300 meter di atas puncak dan bertiup ke arah Barat. Tingginya intensitas hujan disebut meningkatkan intensitas asap kawah yang berasal dari fumarol di dinding luar kawah Gunung Iya.
Aktivitas seismik terakhir yang tercatat terjadi pada 5 November. Sebanyak 4 kali gempa vulkanik dalam terjadi dengan intensitas MMI 3.
“Meningkatnya kegempaan vulkanik di Gunung Iya menandakan adanya pergerakan magma dari dalam ke dangkal, disusul dengan rekaman gempa dangkal Gempa Frekuensi Rendah dan Gempa Bumi yang menunjukkan pergerakan magma mendekati permukaan, hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya gempa vulkanik. Gunung Iya meletus,” kata Wafid.
Selain gempa vulkanik, gempa tektonik berkekuatan besar yang terjadi di sekitar kawasan Gunung Iya juga perlu diwaspadai. Pasalnya, gempa kali ini berpotensi mempengaruhi aktivitas vulkanik gunung tersebut.
Sebagai informasi, gunung yang memiliki ketinggian 637 meter di atas permukaan laut ini merupakan stratovolcano dengan catatan sejarah letusan tahun 1671 hingga letusan terakhir pada tahun 1969, dengan interval letusan antara 1-60 tahun.
Gunung Iya dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung Iya di Jalan Ikan Paus, Tewejangga, Desa Paupanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.
Sifat letusan Gunung Iya umumnya terjadi di kawah utama berupa letusan magmatik yang menghasilkan abu vulkanik, lontaran batuan pijar, dan aliran lava disertai keruntuhan di puncak.
“Terdapat retakan yang berkembang di sekitar kawah aktif Gunung Iya yang menandakan adanya zona lemah pada gunung berapi tersebut. Retakan tersebut kemungkinan besar akan menimbulkan longsor besar ke arah laut jika terjadi letusan Gunung Iya di kemudian hari,” jelas Wafid.
(lum/mikrofon)