Site icon Pahami

Berita DPR Soroti Food Tray dan Keracunan MBG, Singgung Anggaran Jumbo

Berita DPR Soroti Food Tray dan Keracunan MBG, Singgung Anggaran Jumbo


Jakarta, Pahami.id

Komisi Perwakilan IX Mengatur tentang Nampan makanan atau ompreng untuk program makan bergizi gratis (MBG) mengandung babi untuk racun setelah makan MBG.

Beberapa anggota komisi juga menyebutkan anggaran jumbo untuk program MBG yang dikelola oleh National Nutrition Agency (BGN).


Komisi Perwakilan IX dari Komisi NASDEM NASDEM, Irma Chaniago mengingatkan BGN untuk berhati -hati dalam menjalankan program MBG. Dengan anggaran yang sangat besar, katanya, itu harus lebih berhati -hati.

“BGN dengan anggaran yang sangat besar, harus berhati -hati dalam melaksanakan mandat presiden,” katanya ketika dihubungi pada hari Jumat (9/19).

Dia mengakui bahwa partainya telah memberi BGN catatan pada pertemuan kerja di Komisi Perwakilan IX pada hari Selasa (9/16).

“Kami dari Komisi IX telah mengirimkan banyak hal, dari mengevaluasi penyerapan anggaran, variasi menu, kontrol menu, penilaian unit layanan nutrisi, (SPPG) dan mengevaluasi standar layanan dapur,” kata Irma.

IRMA juga meminta BGN untuk segera memulai program koordinasi pengawasan peringkat yang sehat dengan Badan Pemantauan Makanan dan Obat (BPOM). Selain itu, kasus keracunan masih terjadi di beberapa daerah.

Komisi IX Majelis Perwakilan Edy Wuryanto menyoroti kasus keracunan MBG. Misalnya, dalam seminggu terakhir di Baubau, Lamongan, Sumbawa, Gunungkidul, ke Garut.

Menurut Edy, kasus ini menunjukkan bahwa pengawasan tidak terjadi karena BGN terlalu fokus pada pembangunan unit kesenangan layanan nutrisi (SPPG). SPPG adalah unit operasi yang berfungsi sebagai dapur produksi dan penyedia makanan bergizi untuk mendukung program MBG.

Menurutnya, masalah akar dari beberapa kasus keracunan massal tidak dapat dipisahkan dari peran BGN yang lebih terfokus untuk mengejar jumlah dapur untuk meningkatkan estimasi. Faktanya, anggaran BGN Rp71 triliun hanya 18,6 persen diserap.

“Apa yang terjadi sekarang adalah jumlah dapur, bukan kualitas. Jumlah dapur ditargetkan, sedangkan standar kualitas dan keamanan diabaikan. Akibatnya, ada dapur yang dibangun selama orang belum memenuhi standar,” katanya.

EDY menyarankan bahwa SPPG harus diakreditasi atau disertifikasi oleh lembaga eksternal untuk memastikan kualifikasi dan standar kualitas MBG.

“Jangan mudah mengizinkan SPPG yang tidak memenuhi standar untuk beroperasi sehingga penerima manfaat tidak kurang beruntung,” katanya.

Berdasarkan catatan beberapa lembaga non -pemerintah, kasus keracunan MBG telah membawa ribuan orang, terutama anak -anak di berbagai daerah.

Organisasi Pengamat Pendidikan, Jaringan Pemantauan Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat bahwa setidaknya ada lebih dari lima ribu anak dengan keracunan setelah mengonsumsi MBG hingga September 2025.

“Sejak MBG diluncurkan, para korban keracunan terus tumbuh. Pemantauan JPPI sampai pertengahan Desember 2025 mengatakan tidak kurang dari 5.360 anak -anak dengan keracunan karena program tersebut,” kata rilis surat kabar JPPI pada Kamis (18/9) malam.

Peningkatan kasus keracunan juga dikatakan meningkat minggu ini, baik dalam hal jumlah dan distribusi lokasi.

JPPI juga mencurigai jumlah keracunan menu MBG lebih besar, karena juga diduga ada juga sekolah, pemerintah daerah, atau peralatan pemulihan berita.

“Jumlah ini jelas lebih besar, karena banyak sekolah dan pemerintah daerah benar -benar memilih untuk menutup kasus ini,” katanya.

Atas dasar itu, JPPI bertanya kepada Prabowo dan Badan Nutrisi Nasional (BGN) untuk tidak menutup mata mereka pada tragedi berulang dari program MBG.

Sementara itu, Institute of Economic Development and Finance (Indef) dalam pengungkapan Ekonomi Digital dan Pusat UMKM, Izzudin Al Farras, pada 4 September, mencatat bahwa ada empat ribu lebih banyak korban keracunan MBG selama delapan bulan pertama implementasinya.

(Thr/Kid)



Exit mobile version