Site icon Pahami

Berita DPR Sebut RI Gabung BRICS Cuma Jadi Pengikut, Menlu Buka Suara


Jakarta, Pahami.id

Anggota Komisi I DPR RI dari Partai NasDem, Amelia Anggraini mengatakan, langkah Indonesia untuk bergabung BRIK kagum hanya sebagai pengikut.

Pernyataan itu muncul saat Komisi I DPR menggelar rapat kerja dengan Menteri Luar Negeri Sugiono di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/12).

“Keterlibatan kita dalam forum ini terkesan kita hanya pengikut saja pak, bukan penentu arah forum ini, jadi kalau tidak hati-hati kita tidak akan mendapatkan keuntungan, malah kita hanya akan menjadi bagian dari kepentingan negara lain, “ucap amelia.


BRICS disebut-sebut sebagai “saingan” G7, sebuah forum ekonomi yang didominasi oleh negara-negara Barat dan sekutunya.

Beberapa anggota BRICS, Tiongkok dan Rusia, bersikap bermusuhan terhadap beberapa negara Barat, terutama Amerika Serikat. Persaingan ini menyebabkan banyak pihak khawatir atau ingin menegaskan posisi Indonesia.

Tak hanya posisi Indonesia di mata dunia, Amelia juga menggarisbawahi kehadiran Indonesia pada konferensi tingkat tinggi (KTT) BRICS minggu keempat November yang hanya diwakili oleh utusan khusus, dalam hal ini Menteri Luar Negeri Sugiono.

Amelia menilai tindakan tersebut akan dianggap oleh sebagian negara sebagai bentuk keseriusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS.

Padahal di sisi lain, negara-negara yang menentang BRICS akan mengetahui posisi politik internasional Indonesia.

Amelia khawatir keikutsertaan Indonesia dalam BRICS justru membuat negara terjebak pada aliansi tertentu dan mengganggu prinsip politik luar negeri yang selama ini dipertahankan.

“Maka dalam kesempatan ini perlu penjelasan mendalam tentang apa sebenarnya opini atau analisa dalam jangka panjang keikutsertaan Indonesia di BRICS,” tanya Amelia kepada Sugiono.

Dalam kesempatan itu, Sugiono menjelaskan mekanisme suatu negara untuk bergabung dengan BRICS.

Pertama, negara-negara yang ingin berpartisipasi menyatakan minatnya melalui surat ketertarikan. Kemudian calon anggota akan diidentifikasi sebagai negara-negara yang berkepentingan atau negara-negara yang berkepentingan.

“Kami masuk negara-negara yang berkepentingan. Dan kemudian partai mereka akan menerimanya [keanggotaan itu],” kata Sugiono.

Setelah itu, calon anggota masuk ke tahap selanjutnya yaitu perspektif negaraKemudian negara tuan rumah. Setelah selesai, calon anggota dapat menjadi anggota penuh setelah mendapat persetujuan dari seluruh anggota tetap BRICS.

Sugiono juga menjawab pertanyaan utusan khusus mewakili Indonesia di BRICS. Meski diwakili oleh Menteri Luar Negeri, ia mengatakan sambutan hangat datang dari para anggota.

“Respon yang diberikan anggota sangat positif dalam artian tidak dianggap mengecewakan,” ujarnya.

Menlu juga menyampaikan bahwa banyak negara yang mendukung dan menyambut baik Indonesia menjadi anggota BRICS.

Lebih lanjut Sugiono menjelaskan, kehadiran utusan khusus pada KTT BRICS sudah diketahui Rusia sebagai tuan rumah.

Ia mengatakan, Presiden Indonesia Prabowo Subianto telah meminta maaf kepada Presiden Rusia Vladimir Putin karena tidak menghadiri KTT tersebut.

Di hadapan anggota Komisi I DPR, Sugiono juga menegaskan posisi Indonesia di BRICS sejalan dengan kebijakan luar negeri yang independen dan aktif.

“Masuknya Indonesia ke dalam BRICS tidak bisa diartikan sebagai keberpihakan Indonesia pada suatu kekuatan atau keberpihakan tertentu, melainkan sebagai pembangun jembatan. [penengah]”katanya.

Indonesia juga berpartisipasi dalam forum ekonomi G20. Anggota organisasi ini antara lain Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Rusia.

(isa/dna)


Exit mobile version