Site icon Pahami

Berita Dokter Korsel Akan Demo Buntut Tambahan Kuota Mahasiswa Kedokteran


Jakarta, Pahami.id

Meski ada ancaman sanksi, para dokter yang berasal dari Asosiasi Medis Korea (KAM) akan berdemonstrasi besar-besaran pada Minggu (3/3).

Demonstrasi terjadi menyusul perselisihan mengenai penambahan kuota mahasiswa kedokteran. Pemerintah Korea Selatan berencana untuk meningkatkan kuota mahasiswa kedokteran menjadi 2.000 mulai tahun 2025, dengan alasan jumlah dokter yang sedikit.

“Sekitar 20.000 dokter diperkirakan akan ambil bagian dalam demonstrasi tersebut,” kata pernyataan KMA. YonhapSabtu


Demonstrasi besar-besaran di bagian barat Seoul dipicu oleh meningkatnya tekanan pemerintah terhadap para dokter yang mogok dengan mengajukan tuntutan pidana terhadap beberapa mantan pejabat KMA.

Sebelumnya, mengutip dari Reuterspada hari Jumat (1/3), polisi Seoul menggerebek rumah seorang pejabat KMA dengan tuduhan mendorong para dokter peserta pelatihan untuk meninggalkan pekerjaan mereka secara massal dan mendukung pemogokan.

Pemerintah Korea Selatan juga telah memerintahkan 13 dokter yang mogok untuk kembali bekerja, termasuk mereka yang vokal menyuarakan reformasi sistem kesehatan. Jika tidak kembali bekerja, mereka terancam sanksi.

Pemerintah Korea Selatan juga menerbitkan izin dan nomor rumah sakit tempat 13 dokter tersebut ditempatkan. Jika tidak patuh, Anda terancam dicabut izinnya dan terancam tuntutan pidana.

Selain itu, pada Kamis dini hari (29/2), pemerintah mengajukan permintaan terakhir kepada dokter junior untuk kembali bekerja pada Kamis atau mereka akan menghadapi hukuman, termasuk penangguhan izinnya.

Permohonan pemerintah tidak berhasil membuat dokter magang dan dokter residen kembali ke rumah sakit. Hingga Kamis malam, hanya 6 persen atau 565 dari 9.510 dokter yang mogok telah kembali bekerja.

Menanggapi perselisihan, mengutip dari di antaraAsosiasi Medis Dunia telah mengeluarkan pernyataan yang menyebut rencana pemerintah tersebut sebagai keputusan sepihak untuk meningkatkan penerimaan mahasiswa kedokteran secara drastis, dilaksanakan tanpa bukti yang jelas dan kurang konsultasi dan konsensus dengan kelompok ahli.

Namun, Kementerian Kesehatan Korea Selatan membantah keras klaim tersebut, dengan mengatakan bahwa pernyataan tersebut hanya mewakili opini bias para dokter Korea, sekaligus menekankan bahwa pihaknya telah mengadakan lebih dari 130 diskusi dengan komunitas medis.

Sementara itu, Persatuan Kesehatan dan Medis Korea menyuarakan keprihatinan atas kesenjangan yang semakin besar dalam layanan kesehatan, dengan mengatakan penolakan kolektif terhadap perawatan medis oleh para spesialis telah mengancam nyawa pasien karena tidak dapat diberikan tepat waktu.

(Reuters, Antara/anak-anak)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);

Exit mobile version