Site icon Pahami

Berita Dokter Bedah Selandia Baru Angkat 100 Magnet dari Usus Remaja 13 Tahun

Berita Dokter Bedah Selandia Baru Angkat 100 Magnet dari Usus Remaja 13 Tahun


Jakarta, Pahami.id

Ahli bedah di Selandia Baru Terpaksa membuka usus anak laki-laki berusia 13 tahun setelah menelan 100 magnet kecil.

Dokter harus mengeluarkan sebagian usus remaja tersebut untuk menghilangkan magnet yang ditelannya.

Benda kecil berkekuatan tinggi ini diketahui dibeli secara ilegal dari aplikasi temporer. Magnet dipasarkan sebagai mainan anak-anak dengan harga terjangkau.


“Kami melaporkan kasus seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan nyeri perut menyeluruh selama empat hari,” tulis seorang ahli bedah di Rumah Sakit Tauranga dalam New Zealand Medical Journal seperti dikutip The Independent.

“Dia mengungkapkan bahwa dia telah menelan sekitar 80-100 magnet neodymium berdaya tinggi berukuran 5×2 mm sekitar satu minggu sebelumnya, yang dibeli dari pasar online luar negeri (TEMU),” tulis mereka dalam penelitian tersebut.

Neodymium adalah logam dengan unsur kimia yang digunakan untuk membuat magnet terkuat dan kini tersedia melalui penjualan online

Menurut postingan di blog University of California Davis Health, magnet tersebut dapat menyebabkan kerusakan serius, memerlukan pembedahan, atau bahkan berpotensi menyebabkan kematian.

Produk seperti magnet ini biasanya dipasarkan sebagai mainan anak-anak dan dapat digunakan sebagai mainan fidget.

Sayangnya magnet ini berwarna cerah dan berbentuk bola-bola kecil sehingga memudahkan anak-anak menelan magnet berkekuatan tinggi tersebut. Produk berbahaya ini dilarang dijual di Australia dan Selandia Baru, kata Profesor Alex Sims dari Universitas Auckland.

Selandia Baru telah mengeluarkan undang-undang yang melarang penjualan magnet untuk keperluan pribadi atau rumah tangga, namun lembaga pendidikan masih menggunakannya untuk pengajaran atau produk lainnya.

“Orang tua tidak boleh membiarkan anak membeli barang di pasar online tanpa sepengetahuannya, sehingga semua pembelian harus memerlukan pendampingan orang tua,” kata Dr Sims.

Munculnya kasus ini membuat Temu pun menyebut pihaknya sedang melakukan kajian internal.

(RNP/RNP/Juni)


Exit mobile version