Site icon Pahami

Berita Diterima Pihak Istana, Massa Aksi Tani Desak Reforma Agraria Total

Berita Diterima Pihak Istana, Massa Aksi Tani Desak Reforma Agraria Total


Jakarta, Pahami.id

Massa aksi Hari Petani Nasional Demonstrasi di sebuah patung kuda (patung Arjuna Wiwaha), sekitar satu kilometer dari istana presiden, akhirnya diterima sebagai penonton dengan perwakilan pemerintah di Kementerian Negeri Jakarta pada hari Rabu (9/24).

“Hari ini datang ke Istana Negara, yang sebelumnya diterima, mewakili Presiden langsung, Menteri UMKM, yang saat itu Wakil Menteri Industri, dan Wakil Menteri Industri,” kata Ketua Uni Petani Indonesia, Henry Saragi, setelah pertemuan itu.


Henry mengatakan pada pertemuan itu mereka menuntut agar pemerintah segera melakukan reformasi pertanian.

Dia mengatakan implementasi reformasi pertanian di Indonesia memiliki kebijakan hukum, dari perintah MPR (TAP MPR), hukum (hukum) hingga aturan presiden (Sension). Namun, dia mengatakan aturan itu belum diterapkan.

“Hukum Agraria Dasar No. 5 tahun 1960, TAP MPR Nomor 9 tahun 2001, maka yang terakhir adalah reformasi agraria No. 62 tahun 2023, yang menurut kami belum diterapkan,” katanya.

Enam klaim

Pada dasarnya, pada pertemuan tersebut mereka mengajukan enam klaim kepada Presiden Indonesia Prabowo Subianto.

Pertama, mereka meminta Prabowo untuk menyelesaikan konflik pertanian di Indonesia dan menghentikan tindakan menekan peralatan terhadap petani.

Kedua, tanyakan kepada Prabowo bahwa tanah yang merupakan objek reformasi pertanian yang berasal dari perkebunan dan kehutanan segera didistribusikan kepada petani.

“Ketiga, kami juga berharap bahwa Presiden, untuk meninjau aturan Presiden Reformasi Agraria No. 62 tahun 2023, sejalan dengan perubahan pemerintah saat ini, sehingga percepatan reformasi agraria yang sebenarnya dapat dilaksanakan,” katanya.

Mereka juga meminta Prabowo untuk meninjau undang -undang pangan untuk menegakkan kedaulatan makanan di Indonesia.

“Demikian pula, kami berharap untuk tinjauan hukum kehutanan, adalah melakukan reformasi pertanian, untuk memastikan tanah kepada petani dan masyarakat adat,” katanya.

Kelima, pekerjaan penciptaan kerja dibatalkan karena itu bukan pekerjaan, itu menyulitkan orang untuk mendapatkan pekerjaan.

“Dan itu juga menyebabkan banyak petani ditangkap oleh perusahaan besar,” katanya.

Akhirnya, SPI mendesak pemerintah untuk segera membentuk reformasi agraria nasional.

“Kami berharap bahwa sebelum pemerintahan ini adalah satu tahun, ada diskusi yang lebih lengkap,” katanya.

Selain patung -patung kuda, demonstrasi Hari Petani juga terjadi di depan DPR yang dipegang oleh Konsorsium Agraria (KPA), beberapa serikat petani, dan lainnya.

Perwakilan massa di depan Kantor Rakyat Perwakilan Rakyat kemudian diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang dipimpin oleh Wakil Ketua Sufmi Dasco Ahmad, Saan Mustopa, dan lainnya.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa menteri yaitu Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana, Menteri BPN/ATR Nusron Wahid, dan KSP M Qodari.

(MNF/Kid)


Exit mobile version