Jakarta, Pahami.id –
Anggota Pakatan Pertahanan Atlantik Utara (NATO/Organisasi Perjanjian Atlantik Utara) setuju untuk meningkatkan anggaran militer dalam skala besar.
Blok Pemimpin 32 -Members setuju untuk mengalokasikan hingga 5 persen dari PDB nasional, untuk sektor pertahanan dan relevan pada tahun 2035.
Perjanjian itu dibuat pada konferensi tingkat tinggi NATO yang diadakan di Den Haag, Belanda, pada hari Rabu (6/26).
Dalam komunikasi dinyatakan bahwa anggota akan “menginvestasikan 5 persen dari PDB setiap tahun, untuk kebutuhan ini, pertahanan, dan pengeluaran terkait pertahanan dan keamanan”.
Dilaporkan Al JazeeraSekretaris NATO -General Mark Rutte menghargai perjanjian tersebut sebagai langkah “transformasi”.
‘Terobosan’ NATO dikatakan memenuhi desakan Presiden Donald Trump, yang memuji perjanjian itu sebagai “kemenangan monumental” bagi Amerika Serikat. Trump juga menegaskan kembali komitmen negaranya untuk melindungi sekutunya di Eropa.
Selain itu, Trump juga menandatangani deklarasi akhir yang berisi “komitmen kuat” untuk janji kolektif NATO, bahwa serangan terhadap satu negara adalah serangan terhadap semua anggota. Langkah ini cukup meyakinkan bagi negara -negara Eropa yang semakin peduli dengan Rusia.
Sementara itu, Trump telah berulang kali mengindikasikan bahwa AS akan menahan perlindungan untuk negara -negara Eropa, yang tidak dapat menarik lebih banyak anggaran untuk sektor pertahanan.
Meskipun telah menghasilkan komunikasi, tidak semua setuju dengan penambahan anggaran militer untuk NATO.
Spanyol telah menyatakan bahwa dia tidak dapat memenuhi target lima persen. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menekankan bahwa pemerintahnya masih mematuhi ambang 2 persen yang saat ini sedang terjadi.
Spanyol adalah negara NATO yang tidak menghabiskan anggaran pertahanannya. Pada tahun 2024, negara itu hanya menghabiskan 1,24 persen dan merupakan salah satu dari sembilan negara anggota NATO yang tidak mencapai target 2 persen.
Trump segera mengkritik sikap Spanyol dan mengancam akan merespons dalam suatu ekonomi.
Selain Spanyol, Belgia dan Slovakia juga memprotes bahwa jumlah itu tidak realistis.
(DNA)