Site icon Pahami

Berita Dana dari Pusat Dipotong, Subsidi Layanan Transportasi DKI Terganggu?

Berita Dana dari Pusat Dipotong, Subsidi Layanan Transportasi DKI Terganggu?


Jakarta, Pahami.id

Awal pekan ini, Senin (6/10), Gubernur DKI Jakarta Pramono anung menyatakan bahwa bagian tersebut adalah aakan mengkaji subsidi angkutan umum sebagai upaya meningkatkan efisiensi anggaran setelah dikurangi Dana Bagi Hasil (DBH) Pemerintah Federal.

Meski demikian, dia menegaskan Pemda DKI tidak serta merta menaikkan tarif angkutan umum di Jakarta.

Memilih dari Halaman DPRD DKI Sehari kemudian, Selasa (7/10), Komisi B DPRD DKI menggelar rapat kerja membahas skema tersebut Tugas Pelayanan Publik (PSO) atau Subsidi Pelayanan Publik bersama pemangku kepentingan angkutan umum di DKI.


Selain anggota Komisi B unsur DKI, hadir pula dalam rapat tersebut, Dinas Perhubungan DKI Jakarta, MRT, Transjakarta, dan JAKPRO yang dipimpin Sekretaris Daerah DKI Jakarta Suharini Eliawati.

Usai pertemuan, Anggota Komisi UMKM DKI Jakarta Ade Suherman meminta efisiensi anggaran yang dilakukan Pemda tidak menurunkan kualitas layanan angkutan umum bagi masyarakat.

“Pemotongan anggaran tentu bagian dari efisiensi, namun pada dasarnya pelayanan publik harus tetap optimal. Di antara.

Dia menjelaskan, pada tahun 2023, subsidi PSO Transjakarta dipotong sebesar Rp336 miliar dari usulan awal sebesar Rp3,9 triliun. Meski demikian, lanjutnya, layanan operasional Transjakarta tetap berjalan normal.

Kemudian pada tahun 2024, PT Transjakarta menurunkan rasio subsidi setiap pelanggan menjadi hanya Rp9.831 per penumpang sehingga menambah armada menjadi 4.388 unit dan 235 rute yang melayani seluruh wilayah Jakarta.

Katanya saat itu, penghasilan bukan tiket (bukan kotak perpisahan) juga meningkat signifikan hingga mencapai Rp 218,4 miliar atau meningkat 3,5 kali lipat dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Ade menilai pencapaian tersebut menunjukkan efisiensi dapat dicapai tanpa mengorbankan pelayanan kepada masyarakat.

“Transjakarta bisa menjadi contoh bahwa efisiensi bukan berarti memangkas pelayanan. DPRD akan tetap menjalankan fungsi pengawasannya agar efisiensi ini tidak mempengaruhi kualitas,” jelas Ade.

Berdasarkan Laporan Keuangan Badan Pengembangan Industri Daerah (BPBUMD0 DKI Jakarta), aset Transjakarta pada tahun 2024 berjumlah Rp7,66 triliun, dengan Liabilitas Rp2,80 triliun dan Rp4,86 triliun. Total pendapatan usaha pada periode yang sama mencapai Rp 4,47 triliun.

Dia menegaskan, di tengah kondisi fiskal yang penuh tantangan, DPRD DKI Jakarta berkomitmen mendorong Pemda DKI menjaga keseimbangan antara efisiensi anggaran dan kualitas pelayanan publik.

“Jakarta harus tetap menjadi kota dengan sistem transportasi umum terbaik di Indonesia. Pemotongan anggaran bukan menjadi alasan untuk menurunkan standar pelayanan kepada masyarakat,” kata Ade.

Terpisah, Komisioner B DPRD DKI Bidang UKM Francine Widjojo dalam rapat PSO, Selasa, mengatakan, “Transjakarta berencana melakukan penyesuaian tarif layanan menyusul pengurangan APBD TA 2026 akibat pemotongan pendapatan.

Oleh karena itu, pihaknya meminta Pemda DKI Jakarta memberikan kajian atas dasar usulan Transjakarta tersebut.

“Kami meminta dasar tertulis untuk mengkaji usulan perbaikan tarif Transjakarta, khususnya terkait kesediaan untuk membayar Dari masyarakat, ”ujarnya dalam keterangannya, Rabu.

Ia kemudian mengutip Pasal 10 Peraturan Daerah Kabupaten DKI Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang menyebutkan, penerapan tarif tersebut juga harus mempertimbangkan daya beli masyarakat.

Merujuk Pasal 10 Peraturan Daerah Kabupaten DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sistem BRT disebutkan bahwa penetapan tarif sistem BRT dilakukan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat serta saran dan masukan dari elemen masyarakat termasuk Dewan Transportasi Jakarta, ujarnya.

Ia juga memberikan catatan penting agar efisiensi subsidi tarif Transjakarta tidak mengorbankan frekuensi dan kualitas layanan. Ia juga berharap besaran insentif yang ditetapkan antara pukul 05.00 hingga 07.00 tetap dipertahankan. Selain itu, pihaknya juga menolak Peraturan Gubernur tentang Angkutan Umum untuk 15 rombongan dan mencakup seluruh penyelenggara ibadah.

“Kami juga menyarankan agar insentif yang diberikan pada pagi ini tetap pada tempatnya. Selain itu, kami ingatkan agar aturan mengenai angkutan umum gratis untuk 15 rombongan yang diatur segera dirilis dan diterapkan kepada seluruh penyelenggara ibadah, tidak hanya marbut saja,” ujarnya.

Sebelumnya di Balai Kota Jakarta, Senin, Pramono mengaku akan mengkaji subsidi angkutan umum akibat pemotongan dana yang disalurkan pemerintah ke daerah. Meski demikian, dia mengaku tidak serta merta menaikkan tarif angkutan umum di Jakarta.

“Yang jelas pasti ada yang bisa ditutupi (APBD Jakarta). Misalnya subsidi transportasi kita besar sekali, tapi ini tidak akan ditingkatkan, saya kasih contoh saja,” kata Pramono.

Pasalnya, subsidi angkutan umum di Jakarta kini hampir Rp 15.000 per orang. Untuk itu, Pemda DKI akan mengkaji hal tersebut. Meski demikian, Pramono menegaskan, program prioritas masyarakat kurang mampu Jakarta tidak akan terganggu sama sekali.

Efisiensi Pemda DKI, kata dia, terkait anggaran perjalanan dan belanja dinas yang tidak menjadi prioritas.

“Kemudian juga ada kaitannya dengan makan, minum, dan sebagainya. Jadi efisiensi juga akan dilakukan di Balai Kota,” kata Pramono.

Ia juga mengingatkan jajarannya dalam rapat bahwa dana transfer dari pemerintah federal ke Jakarta sudah turun signifikan.

“Kita hanya mendapat Rp11,5 triliun, di APBD kita dari Rp95,35 triliun menjadi Rp79,06 triliun, era anggaran besar selama ini tidak terkendali secara ketat,” ujarnya.

Untuk itu, dia dan Wakil Gubernur DKI Rano Karno akan memimpin langsung penggunaan anggaran tersebut. Dia juga meminta seluruh Opds di Jakarta harus efisien.

(Antara/anak-anak/ugo)


Exit mobile version