Jakarta, Pahami.id —
Penjaga pantai Cina (CCG) melakukan patroli di Laut Cina Selatankhususnya di sekitar Kepulauan Spratly atau Huangyan Dao, pada Kamis (14/11).
Patroli ini dilakukan setelah Filipina mengesahkan Undang-Undang Jalur Laut dan Zona Maritim yang mencakup klaim atas Kepulauan Spratly.
Dalam keterangan resminya, penjaga pantai China mengatakan patroli tersebut untuk menunjukkan perlindungan sesuai hukum.
Sehari sebelumnya, militer China melakukan patroli kesiapan tempur di perairan dan wilayah udara Kepulauan Spratly yang mereka klaim sebagai Huangyan Dao.
Komando Pangkalan Selatan Tentara Pembebasan Rakyat China menyatakan aktivitas patroli tersebut merupakan tindakan yang sah.
Direktur Pusat Penelitian Angkatan Laut Dunia di Institut Nasional Studi Laut China Selatan, Chen Xiang Miao mengatakan, patroli tersebut menunjukkan posisi Negeri Tirai Bambu.
“Patroli Penjaga Pantai Tiongkok dan militer Tiongkok menunjukkan posisi kedaulatan Tiongkok di wilayah maritim melalui tindakan nyata,” kata Chen, dikutip Global Times.
Patroli tersebut, lanjutnya, bertujuan untuk menegakkan ketertiban laut dan mengatur pengelolaan perairan di Kepulauan Spratly.
Wakil direktur Institut Hukum dan Kebijakan Maritim di Institut Nasional Studi Laut Cina Selatan Tiongkok, Ding Duo, juga mengatakan patroli tersebut dapat menghalangi tindakan provokatif yang dilakukan Filipina.
Patroli Tiongkok di sekitar LCS terjadi setelah Filipina mengesahkan UU Zona Maritim dan UU Alur Laut Kepulauan.
Undang-undang Zona Maritim Filipina menetapkan batas-batas hak maritim Filipina, atau luasnya zona ekonomi eksklusif (ZEE).
Melalui undang-undang ini, Manila juga mengakui sebagian besar Kepulauan Spratly sebagai bagian dari Filipina dan mengklaim 22 km garis pangkal kepulauan tersebut sebagai laut teritorial negara Asia Tenggara.
Kepulauan Spratly telah menjadi subyek sengketa antara Tiongkok, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Brunei Darussalam
Sementara itu, Undang-Undang Jalur Laut Kepulauan Filipina mengidentifikasi jalur laut yang dilalui kapal dan pesawat asing.
Patroli Tiongkok juga dilakukan setelah Filipina mempertimbangkan sistem peluncur rudal jarak menengah “Typhoon”.
(isa/dna)