Jakarta, Pahami.id —
tentara Cina nyalakan nomornya rudal balistik rudal balistik antarbenua (ICBM) ke Samudera Pasifik untuk uji coba senjata pada Rabu (24/9).
Kementerian Pertahanan China menyebutkan militer mulai melakukan uji coba rudal pada pukul 08.30 waktu setempat. Mereka kemudian menembakkan rudal ke arah Samudera Pasifik.
Kementerian Pertahanan China mengklaim rudal tersebut jatuh tepat pada sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut Peneliti Senior di Carnegie Endowment for International Peace, Ankit Panda, uji coba senjata tersebut jarang dilakukan oleh China. Ia juga menambahkan, Negeri Tirai Bambu biasanya melakukan uji coba di wilayahnya sendiri.
“Ini sangat tidak biasa. Kemungkinan ini pertama kalinya dalam beberapa dekade kita melihat uji coba seperti ini. (Uji coba ini) kemungkinan besar mencerminkan modernisasi nuklir Tiongkok yang sedang berlangsung dengan persyaratan baru untuk uji coba,” kata Panda, seperti dikutip AFP.
Meski begitu, Kementerian Pertahanan Tiongkok menyebut uji coba rudal rutin dilakukan setiap tahun. Sebab, kegiatan ini merupakan bagian dari rencana pelatihan militer tahunan Tiongkok.
“Ini mengikuti hukum internasional dan praktik internasional. Uji coba tersebut tidak ditujukan pada negara atau target mana pun,” ujar Kementerian Pertahanan China seperti dilansir AFP.
Uji coba rudal ini dilakukan China setelah dunia dikejutkan dengan serangan udara besar-besaran Israel ke Lebanon. Israel menginvasi Lebanon untuk menargetkan milisi dan situs Hizbullah.
Tiongkok mengutuk keras serangan Israel ke Lebanon. Beijing bahkan menyatakan dukungannya kepada Beirut atas serangan sembarangan Israel ke Lebanon.
Modernisasi militer
Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping juga terus melakukan modernisasi besar-besaran terhadap militer negara Tirai Bambu tersebut. Modernisasi militer ini mencakup pengembangan sistem utama pertahanan (alutsista) hingga pengembangan senjata nuklir.
Dilaporkan AFPModernisasi ini dilakukan Tiongkok untuk meningkatkan kapasitas militernya serta melindungi wilayahnya dari serangan musuh.
Bicara soal nuklir, per Mei 2023, Beijing tercatat memiliki 500 cadangan nuklir. Persediaan nuklir Tiongkok kemungkinan akan terus meningkat menjadi 1.000 pada tahun 2030.
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) dalam laporan tahunannya menyatakan bahwa Tiongkok kini memiliki timbunan senjata nuklir terbesar ketiga di dunia setelah Rusia dan AS.
Militer China bahkan menyebut pada tahun 2024 negaranya telah meningkatkan anggaran militernya sebesar 7,2 persen untuk pengembangan nuklir.
Selain itu, pengembangan senjata nuklir telah meningkatkan ketegangan antara Tiongkok dan AS. Pada bulan September ini, para pejabat senior militer Tiongkok dan AS mengadakan pembicaraan “mendalam” sebagai bagian dari upaya kedua negara untuk menghindari ketegangan berubah menjadi konflik.
Namun, pada Juli 2024, Tiongkok mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan negosiasi dengan AS mengenai non-proliferasi nuklir.
China sendiri menguji senjata nuklirnya pada tahun 1964. Namun setelah itu, Negeri Tirai Bambu tidak pernah lagi mengembangkan senjata nuklir. Sebab, mereka bersikeras untuk tidak menggunakan senjata nuklir dalam konflik apa pun.
(gas/rds)