Site icon Pahami

Berita China Marah Dicap NATO ‘Enabler’ Invasi Rusia ke Ukraina


Jakarta, Pahami.id

Cina mengkritik keras Organisasi Perjanjian Atlantik UtaraNATO) yang menyebut Beijing sebagai “penggerak invasi utama Rusia ke Ukraina yang berlanjut sejak tahun 2022.

Pemberdaya sering diartikan sebagai mitra atau pendukung. Dalam beberapa kasus, sebutkan penggerak juga sering dikaitkan dengan mereka yang bungkam terhadap sesuatu yang dianggap salah atau negatif meski mereka menyadarinya.


Dalam konferensi pers di Beijing, Kamis (11/7), Kementerian Luar Negeri China menilai pernyataan NATO tersebut bias dan “menimbulkan perselisihan”.

“Mengenai krisis Ukraina, NATO membesar-besarkan tanggung jawab Tiongkok. Itu tidak masuk akal dan niatnya jahat,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jin.

“Kami mendesak NATO untuk memikirkan penyebab krisis ini dan apa yang telah dilakukannya, serta mengambil tindakan nyata untuk meredakan ketegangan alih-alih menyalahkan,” kata Lin seperti dikutip. Reuters.

Sebelum Lin, juru bicara misi Tiongkok untuk Uni Eropa juga menggambarkan pernyataan NATO “penuh dengan mentalitas Perang Dingin dan retorika perang.”

Beijing menganggap pernyataan-pernyataan yang terkandung dalam rancangan komunike NATO penuh dengan provokasi, kebohongan, hasutan, dan fitnah.

“Posisi inti Tiongkok dalam masalah Ukraina adalah mendorong perundingan damai dan solusi politik, yang telah diakui dan diapresiasi secara luas oleh komunitas internasional,” kata juru bicara tersebut.

Dalam kesimpulan KTT NATO di AS pada 9-11 Juli, untuk pertama kalinya aliansi tersebut menyatakan dengan tegas bahwa Tiongkok adalah ancaman nyata karena mendukung Rusia dalam menyerang Ukraina.

Dalam sebuah deklarasi yang disetujui oleh 32 pemimpin aliansi tersebut pada hari Rabu, NATO menuduh Beijing menjadi “pendukung setia perang Rusia melawan Ukraina.”

Aliansi pertahanan sejak itu menuntut agar Tiongkok berhenti memasok senjata dan peralatan militer lainnya kepada Rusia, dan bermaksud untuk menjatuhkan sanksi jika dukungan ini terus berlanjut atau menjadi lebih besar.

Ini adalah pertama kalinya NATO dengan jelas menyebut Tiongkok sebagai ancaman. Hingga tahun 2019, aliansi tersebut belum pernah secara resmi menyatakan hal tersebut. NATO sering menggunakan bahasa yang lembut untuk menggambarkan pandangannya terhadap Tiongkok.

(rds)


Exit mobile version