Jakarta, Pahami.id –
Presiden Taiwan Lai Ching Te mengatakan ia akan meningkatkan anggaran militer sekitar US$40 miliar (setara Rp 332 triliun) ketika hubungan kedua negara memburuk. Cina–Jepang pemanas.
Lai mengatakan anggaran tersebut untuk pembelian senjata AS dan pertahanan diri.
“Paket penting ini tidak hanya akan membiayai akuisisi senjata penting baru dari Amerika Serikat, tetapi juga meningkatkan kemampuan asimetris Taiwan,” tulisnya dalam artikel di Washington Post yang dirilis Selasa (25/22), mengutip AFP.
“Dengan melakukan ini, kami bermaksud memperkuat pencegahan dengan menambah biaya yang lebih besar dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan Beijing mengenai penggunaan kekuatan,” katanya.
Untuk tahun 2026, pemerintah mengusulkan belanja pertahanan mencapai T$949,5 miliar.
Produk Domestik Bruto (PDB) Taiwan kini berada di angka 3,32 persen, melampaui 3 persen untuk pertama kalinya sejak 2009. Jumlah tersebut melampaui ambang batas 3 persen untuk pertama kalinya sejak 2009.
Sebelumnya, Laos berharap belanja pertahanan mencapai 5 persen dari produk domestik bruto pada tahun 2030.
Namun sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden AS, ia hanya menyetujui satu penjualan senjata baru ke Taiwan, yaitu paket senilai $330 juta untuk Jet Fighter dan suku cadang pesawat lainnya yang diumumkan awal bulan ini.
Berencana untuk meningkatkan anggaran pertahanan militer Jepang pada saat Tokyu berselisih dengan Beijing.
“Kami bersyukur Presiden Donald Trump telah menegaskan pentingnya kepemimpinan Amerika di seluruh dunia. Komunitas internasional kini lebih aman berkat upaya pemerintahan Trump untuk mencapai perdamaian melalui kekuatan,” tulis Lai.
Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan serangan bersenjata ke Taiwan bisa menjadi dasar bagi Jepang untuk menggunakan militer sebagai bagian dari konsep pertahanan kolektif.
Tiongkok kemudian mendesak Takaichi untuk mencabut pernyataannya. Namun, PM menolak untuk mencabut pernyataan tersebut. Hubungan kedua negara sedang memanas.
(ISA/BAC)

