Site icon Pahami

Berita Cerita Unik Kehidupan Pulau Sebatik, Satu Rumah di Dua Negara


Jakarta, Pahami.id

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia menyelesaikan perjanjian perbatasan antara kedua negara.

Salah satunya membagi Pulau Sebatik di wilayah timur Kalimantan Utara menjadi Negara Republik Indonesia dan Malaysia.


Selanjutnya, Indonesia akan menyiapkan nota kesepahaman (MoU).

Pembagian Pulau Sebatik menjadi dua negara sebenarnya sudah dilakukan beberapa tahun lalu.

Kebijakan ini juga memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat Pulau Sebatik sehingga cukup unik. Salah satunya adalah sejumlah warga yang rumahnya berada tepat di perbatasan kedua negara.

Keadaan ini berarti tempat tinggal warganya berada di dua wilayah ibu pertiwi, yakni Indonesia dan Malaysia.

Mangapara termasuk warga yang memiliki satu rumah di dua negara, seperti dikutip dari Kedua. Kediamannya tepat di jalur patok III di Desa Aji Kuning, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara.

Bagian ruang tamu rumah Mangapara ada di Indonesia, sedangkan bagian dapur ada di Malaysia.

“Walaupun rumah saya di perbatasan, saya warga negara Indonesia, karena saya orang Indonesia. Tetangga saya juga sama, kami orang Indonesia,” ujarnya.

Kemudian pada tahun 2019, seluruh rumah Mangapara masuk wilayah Indonesia.

Mangapara mengatakan, dapur tersebut dibangun di atas tanah milik tetangganya yang merupakan warga negara Malaysia setelah mendapat izin.

Pilih untuk berbelanja di Malaysia

Mangapara juga kerap memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berbelanja di Malaysia. Katanya, jarak tempuh ke pasar tetangga lebih dekat.

Diakuinya, berbelanja di Malaysia hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan akses yang lebih mudah.

“Kalau ke Malaysia butuh waktu setengah jam sampai, sedangkan kalau ke Nunukan dan Tarakan menggunakan speedboat yang lebih mahal, jarak tempuhnya bisa berjam-jam,” kata Mangapara.

Gunakan rupiah dan ringgit

Masyarakat yang tinggal di Pulau Sebatik juga menggunakan dua mata uang, yaitu rupiah dan ringgit.

Beberapa toko retail di sana mencantumkan harga beberapa produk menggunakan angka ringgit.

Pemerintah daerah Kalimantan Utara bekerja sama dengan kepolisian dan Bank Indonesia untuk mengatasi masalah ini.

(tim/bac)


Exit mobile version