Site icon Pahami

Berita Cerita Orang Tua Kirim Anak ke Barak TNI: Bolos hingga Maling Sepatu


Jakarta, Pahami.id

Beberapa orang tua dan wali siswa di BandungJawa Barat memilih untuk mengirim putranya Bar militer Untuk mendisiplinkan anak -anak yang dianggap bermasalah.

Dengan persetujuan orang tua dan wali, siswa sekarang menghadiri pendidikan di Rindam III/Siliwangi Army Barak, Jawa Barat. Kebijakan ini dimulai oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Melalui akun YouTube pribadinya, Dedi berbicara kepada keluarga siswa yang saat ini berlokasi di bar militer. Siswa -siswa ini disebut sebagai anak -anak yang sulit ditangani oleh orang tua dan guru di sekolah.


“Kriteria ini adalah anak -anak yang telah menyebabkan tindakan kriminal, dan orang tua mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendidik.

Dedi bertemu Lina, ibu dari seorang siswa yang terlibat dalam kasus pencurian sepatu di Internet Cafe (Internet Cafe). Menurut Lina, putranya membawa pulang sepatu orang lain dan hanya menyadari setelah dikunjungi oleh pemiliknya.

“Dia pikir sepatunya digunakan, katanya. Diambil di kafe internet. Melihat Di sekolah, ternyata sepatu sudah ada di rumah terbalik Juga. Tetapi pria itu diminta untuk berubah, dia mengatakan harganya RP1.2 juta, ”kata Lina.

Akibatnya, Dedi menekankan pentingnya mencegah perilaku perilaku sejak usia dini.

“Putra ibu mengambil sesuatu yang lain, kami memblokirnya, Bu.

Dedi mengingatkan bahwa kebiasaan mencuri bisa menjadi penyakit sosial.

“Itu sebabnya berbahaya, karena ada penyakit, ia memiliki penyakit, sulit untuk pulih,” katanya.

Dedi juga bertemu dengan kakak laki -laki yang menyerahkan saudara kembarnya kepada Barak karena dia sering melewatkan sekolah. Meskipun orang tuanya masih ada di sana, saudara perempuannya mengklaim khawatir bahwa berbagai nasihatnya tidak pernah berhasil.

“Dia ingin pergi ke sekolah lagi, mengubah perilakunya. Orang tuanya diserahkan ke sekolah, Ridho,” kata Dedi.

Kasus yang sama dialami oleh seorang saudari yang mengirim saudara perempuannya ke Barak karena dia sering melewatkan sekolah. Ketentuan dan tunjangan selalu diberikan, tetapi anak -anak dilaporkan telah sering berpartisipasi dalam asosiasi di luar sekolah.

“Maka sekolah akan tetap di sini, masih mendapatkan kartu laporan dan mengikuti ujian, tetapi jika saya bisa berganti dalam sebulan, saya khawatir saya tidak ingin pulang,” kata Dedi.

Kepala sekolah yang juga bertemu Dedi mengatakan ada empat siswa yang awalnya dikirim, tetapi satu siswa melarikan diri sebelum memasuki Barak. Salah satu siswa diduga bertemu dengan pacarnya yang merupakan sekolah yang berbeda karena jarang kembali.

“Salah satu siswa ini jarang pulang, adalah mungkin untuk tinggal di rumah pacarnya,” katanya.

Dedi berpartisipasi dalam pelatihan bukan beberapa siswa yang masih bersekolah.

“Masalah rata -rata juga anak yang berlebihan,” kata Dedi.

Di Barak, Dedi berbicara dengan siswa. Beberapa mengklaim sering terlambat, insomnia, merokok, dan minum CIU. Beberapa dari mereka datang untuk keinginan mereka sendiri. Dedi menegaskan bahwa semua anak yang ditempatkan di Barak telah menerima izin tertulis dari orang tua mereka.

“Nutrisi sudah cukup, sisanya sudah cukup, olahraga sudah cukup, sistem pembelajaran sekolah sudah cukup. Mereka terus belajar di sekolah, hanya Guru hanya mengajarinya di sana, “katanya.

(Kay/isn)


Exit mobile version