Site icon Pahami

Berita Cerita Mantan WNI Perdana ‘Nyoblos’ di Pilpres AS 2024


Jakarta, Pahami.id

Salah satu warga negara Indonesia (warga negara Indonesia) yang kini menjadi warga negara Amerika Serikat menceritakan pengalaman memilih dalam pemilihan presiden atau Pemilihan Presiden AS 2024.

Mantan warga negara Indonesia bernama Vania mengaku baru pertama kali mengikuti pemilu presiden AS.


Jelang pemilu, Vania mendapat surat imbauan untuk mendaftar sebagai pemilih secara online. Kemudian, formulanya dikirim pulang.

“Kita isi, lingkari seperti PBB,” kata Vania saat dihubungi CNNIndonesia.comRabu (6/11).

AS menerapkan beberapa aturan yang memudahkan pemilih dalam memilih. Warga dapat memilih terlebih dahulu atau memilih lebih awal sebelum hari yang ditentukan pemerintah yaitu tanggal 5 November.

Vania memberikan suara di awal pemilihan presiden ini.

“Saya menetes “Pilihan saya minggu lalu saat Halloween, (31 Oktober) di depan perpustakaan umum di Los Angeles,” ujarnya.

Sesampainya di lokasi, Vania mendapati dua petugas sedang mengumpulkan surat suara.

Foto: Dok. Spesial
Contoh kertas suara Pilpres AS 2024.

“Suratnya enam halaman. Karena ini pertama kalinya saya memilih di AS, saya tidak mengisi semuanya karena ada beberapa hal yang masih belum saya pahami,” ujarnya.

Vania menuturkan, dirinya tidak sembarangan memilih calon presiden dan wakil presiden. Namun, wanita harus memilih tangga atau pihak yang mengusulkan perubahan undang-undang.

Misalnya ada ukuran yang meminta kenaikan upah minimum. Jika setuju, warga didorong untuk memilih “ya” dan memilih “tidak” jika tidak menginginkan kenaikan gaji.

Dalam pemilu, AS juga punya sistem suara populer (suara rakyat) dan perguruan tinggi pemilihan (suara mewakili negara).

Electoral College terdiri dari para Elector atau sekelompok orang yang ditugaskan mewakili setiap negara bagian untuk memilih presiden dan wakil presiden dalam pemilu.

Setiap negara bagian mendapat jumlah suara Electoral College yang sama dengan senator negara bagian dan Dewan Perwakilan Rakyat. Ada total 538 suara Electoral College.

Untuk memenangkan pemilihan presiden, seorang kandidat harus memperoleh suara mayoritas perguruan tinggi minimal 270 dari 538 suara.

Lembaga pemilihan ini banyak mendapat kritik karena dianggap anti demokrasi dan tidak mewakili rakyat secara langsung. Vania pun mengulangi narasi yang sama.

“Banyak yang merasa suara mereka tidak penting [tidak penting] karena sistem electoral college,” ujarnya.

Sistem ini juga berarti AS tidak bisa disebut sebagai negara yang menyelenggarakan pemilu langsung dengan suara langsung dari rakyat seperti di Indonesia.

“Di AS perhitungannya banyak, lumayan ribet,” kata Vania lagi.

Kemeriahan pemilu presiden AS

Di hari pemilihan presiden sesuai aturan pemerintah, Vania pun melihat antusiasme warga AS.

“Masyarakat cukup antusias. Saat ini banyak yang memasang stiker ‘I Vote’ di bajunya,” ujarnya.

Warga yang memilih, lanjut Vania, mendapat stiker di paket surat suara yang diterimanya.

Jika warga memilih di TPS, mereka akan mendapat stiker setelah mencoblos.

AS mengadakan pemilihan presiden pada hari Selasa. Berdasarkan perhitungan cepat beberapa media di Tanah Air, Donald Trump lebih unggul dari Kamala Harris.

(isa/rds)


Exit mobile version