Site icon Pahami

Berita Cemas Perang Israel-Hizbullah, Prancis Minta Warga Keluar Lebanon


Jakarta, Pahami.id

Perancis tanya warganya yang tinggal di Libanon segera meninggalkan negara Timur Tengah itu di tengah potensi perang besar antara Israel dan Hizbullah.

Kementerian Luar Negeri Perancis mengeluarkan imbauan tersebut dalam bentuk pemberitahuan perjalanan atau pemberitahuan penasehat perjalanan untuk Lebanon.

“Dalam konteks keamanan yang sangat tidak stabil, kami sekali lagi meminta perhatian warga Perancis, terutama yang melintas, karena penerbangan komersial tetap berjalan dan mereka yang singgah di Perancis masih tersedia, dan kami mengundang mereka untuk melakukan pengaturan. [perjalanan] sekarang untuk meninggalkan Lebanon secepatnya,” demikian imbauan Kementerian Luar Negeri Prancis, Minggu (4/8), dikutip AFP.


Menurut data pemerintah, ada sekitar 23.000 warga negara Perancis yang tinggal di Lebanon. Juli lalu, sekitar 10.000 warga Prancis mengunjungi negara Timur Tengah ini.

Sebelum peringatan ini muncul, Prancis telah memperbarui informasi mengenai ketersediaan penerbangan langsung ke Prancis.

Seruan Prancis mengikuti jejak Amerika Serikat, Inggris, dan Australia yang lebih dulu meminta warganya meninggalkan Lebanon.

Banyak dari seruan ini muncul setelah Hizbullah menembakkan 60 roket ke Israel utara pada hari Kamis. Serangan ini merupakan respons terhadap pasukan Zionis yang menyerang Beirut pada pekan lalu.

Seruan untuk meninggalkan Lebanon juga muncul setelah Iran dan proksinya termasuk Hizbullah mengancam akan menghukum Israel yang dituduh berada di balik kematian bos Hamas Ismail Haniyeh.

Haniyeh dibunuh di kediaman negara di Teheran, Iran pada 31 Juli. Dia mengunjungi negara itu untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian.

Hasil penyelidikan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengungkapkan, Haniyeh tewas terkena peluru jarak dekat berisi hulu ledak sekitar 7 kg dari luar kediamannya.

Sementara itu, media New York Times yang berbasis di Amerika Serikat mengeluarkan laporan yang menyatakan bahwa Haniyeh tewas akibat bom.

Bom tersebut, menurut laporan NYT, ditanam di dekat kediaman Haniyeh dua bulan sebelum pembunuhan.

Para pengamat yakin kematian Haniyeh akan memicu serangan baru baik dari Iran maupun proksinya terhadap Israel.

Kematian pemimpin Hamas juga mempersulit gencatan senjata yang sedang diupayakan untuk menghentikan invasi Israel ke Gaza. Haniyeh merupakan salah satu perwakilan Hamas dalam perundingan gencatan senjata.

(bijaksana/bijaksana)



Exit mobile version