Site icon Pahami

Berita BGN Nonaktifkan Sementara 56 SPPG Buntut Marak Laporan Keracunan MBG

Berita BGN Nonaktifkan Sementara 56 SPPG Buntut Marak Laporan Keracunan MBG


Jakarta, Pahami.id

Badan Nutrisi Nasional (BGN) Menonaktifkan 56 unit pemenuhan layanan nutrisi (SPPG) yang mengalami insiden terkait dengan keamanan pangan dalam implementasi program nutrisi gratis (MBG).

SPPG dinonaktifkan, termasuk SPPG West Bandung Cipongkor Cijambu, SPPG West Bandung Cipongkor diabaikan, SPPG West Bandung Cihampelas Mekarmukti, dan Pulau SPPG Bangkung Tinangkung (Pusat Sulawesi).


Keputusan itu dibuat setelah BGN menerima laporan tentang kasus masalah kesehatan atau keracunan yang dituduhkan oleh beberapa penerima setelah mengonsumsi makanan dari SPPG.

Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang menekankan bahwa stafnya tidak akan berkompromi pada masalah dengan keselamatan penerima.

“Setiap SPPG diharuskan untuk mematuhi standar keamanan pangan yang mapan,” kata Nanik dalam sebuah pernyataan tertulis yang diterima pada hari Senin (29/9).

“Ini tidak aktif sementara ini adalah bagian dari proses evaluasi keseluruhan sehingga insiden yang sama tidak terjadi. Keselamatan masyarakat, terutama anak -anak penerima MBG, adalah prioritas,” katanya.

Nanik menambahkan bahwa lusinan SPP yang dinonaktifkan masih menunggu hasil tes laboratorium yang dilakukan oleh Badan Pemantauan Makanan dan Obat (BPOM).

Hasil pemeriksaan akan menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya, baik dalam bentuk perbaikan, penguatan pengawasan, dan pembatasan untuk mengatur mitra default.

“BGN berkomitmen penuh untuk insiden yang sama. Dengan langkah -langkah untuk memperkuat pengawasan, kami berharap kepercayaan publik pada program MBG dipertahankan,” katanya.

Sementara itu, BGN membuka saluran pengaduan masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas implementasi program MBG untuk memperkuat mekanisme pengawasan di lapangan.

Kepala Biro Hubungan Hukum dan Publik BGN Khairul Hidayati mengatakan kebijakan itu diharapkan menjadi cara deteksi dini jika ada potensi untuk masalah yang sama di masa depan.

“BGN membuka saluran keluhan publik dan memperkuat mekanisme pemantauan di lapangan. Ini untuk memastikan bahwa setiap masalah dapat dipantau dan ditangani dengan cepat,” kata Hida.

Menurut HIDA, momentum penilaian ini akan digunakan sebagai peningkatan komprehensif dalam tata kelola SPPG, dimulai dengan rantai pasokan makanan, pemrosesan dapur, untuk mendistribusikan penerima manfaat akan menjadi fokus pengawasan.

“Penilaian ini adalah momentum perbaikan yang komprehensif. Kami ingin memastikan bahwa standar keamanan pangan dipenuhi di semua jalur, sehingga penerima manfaat dilindungi,” katanya.

(CHRI)


Exit mobile version