Jakarta, Pahami.id –
Pemerintah dan politik Israel melawan orang -orang Gaza Tidak ada perbandingan. Bahkan persatuan bangsa (PBB) menyatakan pembantaian Gaza yang paling mengerikan dalam sejarah manusia.
Tapi itu tidak melemahkan negara Zionis untuk terus membunuh Gaza, bahkan anak -anak dan bayi di Gaza dianggap musuh.
Sebagai politisi senior Israel, Moshe Feiglin, mengatakan semua anak dan bayi di Jalur Gaza adalah musuh. Ini diungkapkan oleh mantan anggota parlemen Israel dalam siaran langsung televisi Israel, Saluran 14.
“Musuh bukan Hamas, atau sayap militer Hamas,” kata Feiglin dalam siaran langsung, pada 20 Mei, dikutip dari Timur Tengah.
“Semua anak di Gaza adalah musuh, kita harus menduduki Gaza dan menyelesaikannya, tidak ada putra Gaza yang tinggal di sana, tidak ada kemenangan lain,” kata politisi dari partai Likud yang dipimpin oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Setiap anak, setiap bayi di Gaza adalah musuh,” tambahnya, memilih Anadolu.
Pada hari yang sama, Wakil Sekretaris PBB -Jenderal Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Tom Fletcher memperingatkan, 14.000 bayi di rute Gaza diancam akan mati dalam dua hari jika mereka tidak dibantu dengan bantuan kemanusiaan langsung.
Fletcher mengatakan Israel hanya mengizinkan lima truk bantuan kemanusiaan untuk memasuki Gaza pada 19 Mei.
Anak -anak di Gaza kekurangan makanan dan kebutuhan dasar karena jumlah pembatasan Israel sejak 2 Maret 2025.
“Ada 14.000 bayi yang akan mati dalam 48 jam ke depan kecuali kita dapat mencapainya,” Fletcher di BBC Radio 4 hari ini ditayangkan pada hari Selasa, melalui gratis.
“Kami menanggung semua risiko memberikan makanan bayi kepada ibu yang tidak bisa memberi makan anak -anak mereka karena mereka mengalami Malanutrisi.”
Sejarah pengusiran dan penghancuran orang -orang Gazaan terus dikritik oleh politisi dan pejabat Israel.
Itu seperti Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich yang ingin mengendarai Gaza, selama wawancara dengan radio militer Israel, 31 Desember 2023. Dia menyebut pengusiran dengan “migrasi sukarela”.
“Mari kita pikirkan di luar kebiasaan itu,” katanya tanpa malu -malu.
(IMF/BAC)