Jakarta, Pahami.id —
Pemerintah Australia memutuskan untuk mengurangi jumlah penerimaan mahasiswa asing pada tahun 2025.
Pendaftaran pelajar internasional kini dibatasi hanya untuk 270 ribu orang saja.
Laporan dari ReutersPengurangan kuota mahasiswa asing ini dilakukan untuk mengendalikan besarnya migrasi yang melanda Negeri Kanguru belakangan ini.
Hingga 30 September 2023, jumlah imigran yang datang ke Australia meningkat 60 persen menjadi 548 ribu orang. Sebagian besar disebabkan oleh kedatangan mahasiswa dari India, Tiongkok, dan Filipina.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan rekor pada Juni 2023 sebanyak 518 ribu orang.
Meningkatnya jumlah migran juga memicu melonjaknya harga sewa rumah di Australia.
“Sekarang terdapat 10 persen lebih banyak mahasiswa internasional yang bersekolah di universitas kita dibandingkan sebelum pandemi, dan 50 persen lebih banyak yang mengikuti pelatihan kejuruan dan swasta,” kata Menteri Pendidikan Australia Jason Clare.
Karena kondisi ini, Australia akan membatasi penerimaan mahasiswa asing sebanyak 145 ribu untuk universitas dan 95 ribu untuk mahasiswa yang mengambil kursus.
Kementerian Pendidikan Australia akan mulai memberi tahu universitas-universitas di seluruh negara mengenai pengurangan kuota ini.
University of Melbourne mengatakan telah menerima informasi tentang pembatasan mahasiswa dan sedang menilai dampak kebijakan tersebut.
“Pembatasan jumlah mahasiswa internasional akan berdampak buruk pada universitas-universitas kita, sektor pendidikan tinggi secara umum, dan sektor pendidikan nasional di tahun-tahun mendatang,” kata Wakil Rektor Universitas Melbourne Profesor Duncan Maskell.
Universitas Sydney juga mengatakan telah menerima informasi tersebut dan sedang mengkaji kemungkinan dampak larangan tersebut.
“Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah untuk mengelola pertumbuhan pendidikan tinggi internasional, salah satu ekspor paling berharga Australia,” kata Universitas Sydney dalam sebuah pernyataan.
Universities Australia, badan tertinggi bagi universitas, mengatakan langkah pemerintah akan “membantu” sektor pendidikan negara tersebut.
Pasalnya, pendidikan internasional di Australia merupakan sumber ekspor terbesar keempat setelah bijih besi, gas, dan batu bara.
Sebelumnya, pemerintah Australia telah menerapkan kebijakan yang berupaya meredam lonjakan migrasi. Bulan lalu, pemerintah menaikkan biaya visa lebih dari dua kali lipat bagi pelajar asing dan berjanji untuk menutup celah dalam peraturan yang memungkinkan mereka untuk tinggal lebih lama di Australia.
(blq/baca)