Jakarta, Pahami.id –
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tidak akan mengirimkan pemantau pada pemilihan umum (pemilu) yang digelar Junta Myanmar Desember mendatang.
Sumber-sumber diplomatik mengutip pernyataan resmi ASEAN yang mengatakan 11 kepala negara menyatakan keprihatinan mereka mengenai konflik tersebut dan memperingatkan hanya sedikit kemajuan menuju perdamaian.
Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa dialog politik inklusif harus diutamakan daripada pemilu.
Artinya, tidak ada pengamat di ASEAN [yang dikirim]“, namun negara-negara ASEAN bebas mengirimkan pengamat secara bilateral,” kata seorang sumber, Senin (27/10), dikutip AFP.
Sumber kedua juga menegaskan bahwa tidak ada konsensus di antara negara-negara anggota untuk menggunakan misi khusus untuk memantau pemilu Myanmar di bawah bendera ASEAN.
Pengamat Hubungan Internasional Solaris Strategies Singapura, Mustafa Izzuddin mengatakan, tidak mengirimkan pengamat ke Myanmar akan menjadi pukulan terhadap legitimasi junta yang telah merebut pemerintahan sah dan melakukan kekerasan terhadap warga sipil.
“Tidak akan ada bukti yang dapat diandalkan untuk menunjukkan bahwa pemilu diselenggarakan secara bebas dan adil,” kata Izzudin.
Komisaris Uni Eropa Kajsa Ollongren juga mengesampingkan pengiriman pemantau dan mengatakan pemilu tidak akan berlangsung bebas dan adil.
Berdasarkan kriteria tersebut, kami tidak mengirimkan pemantau ke sesuatu yang tidak kami akui sebagai pemilu, kata Ollongren.
Organisasi yang fokus pada hak asasi manusia, Human Rights Watch, juga mengkritik rencana pemilu tersebut. Mereka mengira koleksi tersebut hanya hoax.
Sementara Amnesty International menuding junta militer melakukan taktik represif.
“[Junta] Tangkap siapa saja yang mengkritik pemilu tersebut,” menurut amnesti.
Junta militer Myanmar akan mengadakan pemilu pada tanggal 28 Desember. Pada bulan Februari 2021, mereka menggulingkan pemerintahan sah yang memicu protes besar-besaran dari masyarakat.
Namun, junta menanggapi protes tersebut dengan kekerasan, seperti penangkapan bahkan pembunuhan.
Akibat kudeta tersebut, ASEAN melarang partisipasi junta di semua forum blok ini. Namun Myanmar tetap menjadi anggota ASEAN dan sering diwakili oleh perwakilan tetap Myanmar atau sekretaris tetap Myanmar.
Komunitas internasional, termasuk ASEAN, terus menyerukan dialog damai antara semua pihak agar demokrasi di Myanmar kembali hidup dan permasalahan terselesaikan. Namun hingga saat ini permasalahan di negeri ini belum terselesaikan.
(ISA/ISA/Juni)

