Site icon Pahami

Berita AS, RI, hingga Australia Minta Warganya Keluar Lebanon, Ada Apa?


Jakarta, Pahami.id

Beberapa negara mendesak warganya yang masuk Libanon untuk segera meninggalkan negara tersebut setelah konflik Israel vs Hizbullah yang semakin panas.

Israel pada Selasa (30/7) menyerang ibu kota Beirut, menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai puluhan lainnya. Komandan tertinggi milisi Hizbullah, Fuad Shukr, termasuk di antara korban tewas.


Israel menuduh Shukr sebagai dalang serangan di Dataran Tinggi Golan pada 27 Juli. Serangan di wilayah pendudukan Israel menewaskan 12 orang, termasuk anak-anak.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk merespons “keras” terhadap Hizbullah menyusul serangan di Golan. Hizbullah membantah menyerang wilayah Suriah.

Melihat situasi konflik tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beirut pun mengimbau warga negara Indonesia (WNI) untuk segera meninggalkan Lebanon selama penerbangan komersial masih beroperasi.

“WNI diminta meningkatkan kewaspadaan, mempertimbangkan untuk meninggalkan wilayah Lebanon karena penerbangan komersial masih beroperasi. WNI yang berada di Lebanon Selatan disarankan untuk berlindung sementara di Safe House KBRI Beirut,” ujarnya. Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha melalui keterangan tertulis, Selasa (30/7).

Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri RI, terdapat 203 WNI yang tinggal di Lebanon. Sekitar 1.232 anggota TNI juga berpangkalan di Lebanon dalam misi penjaga perdamaian UN UNIFIL.

Sebanyak 14 WNI tercatat tinggal di Lebanon bagian selatan, wilayah yang dikuasai Hizbullah. Menurut Judha, WNI tersebut memutuskan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing karena merasa situasi masih relatif aman.

Komunikasi terus terjalin untuk memantau kondisi WNI. Hingga saat ini kondisinya baik, tenang dan aman, kata Judha.

Selain Indonesia, pemerintah Australia juga mengimbau warga Negeri Kanguru segera meninggalkan Lebanon.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan dalam pernyataan video di X pada Rabu (31/7) bahwa kini terdapat risiko nyata bahwa situasi di Timur Tengah akan “memburuk secara serius”.

Ia juga menekankan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat bagi warga Australia untuk meninggalkan Lebanon karena bandara Beirut masih beroperasi. Ia juga mengimbau mereka yang sudah berada di Australia untuk menghindari pergi ke Lebanon.

“Jika bandara Beirut ditutup, pemerintah mungkin tidak bisa membantu warga Australia yang masih berada di Lebanon untuk direlokasi. Anda mungkin tidak bisa meninggalkan Lebanon untuk waktu yang lama,” kata Wong.

Begitu pula dengan pemerintah Kanada yang juga mengimbau warganya untuk meninggalkan Lebanon karena operasi penerbangan masih terus berjalan.

“Warga Kanada di Lebanon harus berangkat sekarang dengan sarana komersial jika mereka dapat melakukannya dengan aman. Mereka juga harus memastikan dokumen perjalanan mereka dan dokumen pasangan serta anak-anak mereka mutakhir dan aman,” kata juru bicara Urusan Luar Negeri Kanada Charlotte MacLeod. seperti dikutip National Post.

MacLeod mengatakan saat ini ada lebih dari 21.000 warga Kanada terdaftar yang tinggal di Lebanon. Jumlah tersebut diperkirakan jauh dari jumlah sebenarnya karena pendaftaran mandiri bersifat sukarela.

Ia juga menekankan bahwa warga Kanada tidak boleh berasumsi bahwa pemerintah mampu mengevakuasi mereka semua jika konflik di Lebanon meluas.

“Tidak pernah ada jaminan bahwa pemerintah Kanada akan mengevakuasi warga Kanada yang berada dalam situasi krisis. Warga Kanada tidak boleh bergantung pada Pemerintah Kanada untuk bantuan keberangkatan atau evakuasi,” katanya.

“Transfer bantuan pemerintah dari luar negeri merupakan upaya terakhir, ketika seluruh sarana transportasi swasta dan komersial telah habis, serta keselamatan dan keamanan masyarakat terancam,” lanjutnya.

Pemerintah Inggris juga telah mengeluarkan seruan serupa kepada rakyatnya di Lebanon. Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan pihaknya bekerja sama dengan tim konsuler luar negeri untuk mempersiapkan segala skenario.

Namun, jika konflik ini meningkat, pemerintah tidak bisa menjamin bisa segera mengevakuasi semua orang. Masyarakat mungkin harus berlindung di tempat penampungan, ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Seruan serupa juga datang dari Pemerintah Amerika Serikat. Kedutaan Besar AS di Beirut melarang keras warganya bepergian ke Lebanon.

Mereka yang sudah berada di Lebanon diminta segera meninggalkan negara tersebut sebelum situasi memburuk. Jika situasi tidak terkendali, warga AS di Lebanon diminta mencari perlindungan.

“Anda harus memiliki rencana tindakan untuk situasi krisis yang tidak bergantung pada bantuan pemerintah AS. Waktu terbaik untuk meninggalkan negara ini adalah sebelum krisis terjadi, jika memungkinkan,” kata Kedutaan Besar AS di Beirut dalam sebuah pernyataan.

(blq/baca)



Exit mobile version