Site icon Pahami

Berita Apa Penyebab Pembantaian Ribuan Warga Sipil di Sudan?

Berita Apa Penyebab Pembantaian Ribuan Warga Sipil di Sudan?


Jakarta, Pahami.id

Ribuan orang tewas dalam “pembantaian” pasukan pendukung cepat paramiliter (RSF) di kota El Fasher, Negara Bagian Darfur Utara, Sudan pada Rabu (29/10).

Sebuah video yang beredar di media sosial dan dikonfirmasi oleh Al Jazeera menunjukkan pasukan pendukung cepat (RSF) menyiksa dan mengeksekusi warga.

Selama 1,5 tahun terakhir, RSF telah mengepung kota El Fasher. Mereka juga membangun penghalang sepanjang 56 km dan mencegah masuknya makanan serta menutup jalur keluar.


Sudan berada di ambang krisis akibat berkecamuknya Perang Saudara antara RSF dan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF). Akibat perang tersebut, 40.000 orang tewas dan 12 juta orang mengungsi.

Lantas, apa yang terjadi di kota El Fasher?

Situasi di El Fasher merupakan dampak dari Perang Saudara yang berkecamuk di Sudan selama beberapa tahun. RSF dan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) saling bertarung untuk merebut kekuasaan.

Pemimpin RSF Mohammed Hamdan Hemedeti Dagolo mengatakan kelompoknya ingin memimpin Sudan.

“Untuk menciptakan perdamaian sejati,” kata Hemedeti Al Jazeera.

RSF dan SAF sebenarnya bekerja sama untuk menggulingkan pemerintahan transisi sipil Abdalla Hamdok pada tahun 2021.

Namun, klaim ini tidak pernah dilaksanakan. Mereka pun memperebutkan siapa yang berhak memimpin negara. Setelah itu, terjadilah peperangan antara keduanya.

RSF berusaha menguasai wilayah strategis di Sudan, termasuk El Fasher di Darfur Utara. Mereka telah berkeliling kota sejak tahun lalu.

Selama pengepungan, mereka kerap melakukan tindakan keji seperti pembantaian, penangkapan orang, bahkan penyerangan rumah sakit.

Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, tindakan RSF termasuk eksekusi terhadap orang-orang yang melarikan diri. Mereka juga mengatakan ada motif lain dalam kejadian tersebut.

“Ada tanda-tanda motif etnis di balik pembunuhan tersebut,” menurut PBB.

Kekerasan yang dilakukan RSF membuat warga ingin segera mengungsi dari El Fasher. Menurut PBB, dalam dua hari lebih dari 26.000 orang melarikan diri, sebagian besar dari mereka berjalan kaki ke Tawila. Sementara itu, sekitar 177.000 warga masih terjebak di kota tersebut.

Hingga akhir pekan lalu, RSF berhasil menguasai El Fasher setelah Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) menarik pasukannya.

SAF mengklaim penarikan pasukan adalah untuk melindungi warga sipil dari konflik yang diciptakan oleh RSF. Mereka juga berjanji akan membalas dendam.

“Kami bertekad untuk membalas dendam atas apa yang terjadi pada rakyat kami di El Fasher,” menurut SAF.

Dengan perebutan pada minggu itu, Sudan kini terbagi menjadi dua bagian, wilayah timur dikuasai SAF dan wilayah barat dikuasai RSF.

(ISA/DNA)


Exit mobile version