Jakarta, Pahami.id —
Indonesia menjadi fokus dunia setelah menyelenggarakan pemilu (Pemilihan) serentak 2024 termasuk pemilihan calon presiden dan wakil presiden pada Rabu (14/2).
Yang bakal bersaing di Pilpres kali ini adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Pers Terkait menulis bahwa Indonesia adalah medan pertempuran yang penting secara ekonomi dan politik di Indo-Pasifik.
Kawasan Indo-Pasifik telah lama menjadi ajang persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, mulai dari persoalan Taiwan, HAM, pengerahan militer pasukan Paman Sam, hingga sengketa perairan Laut Cina Selatan.
Terkait LCS, China kerap bentrok dengan beberapa negara anggota ASEAN seperti Filipina.
Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih menerapkan prinsip non-blok. Pemerintah juga memiliki hubungan dengan AS dan Tiongkok.
Hubungan AS dan Indonesia membaik di bidang pertahanan, sedangkan Indonesia dan Tiongkok membaik di sektor ekonomi dan infrastruktur.
Pengamat pertahanan dari lembaga think tank AS Rand Corp, Derek Grossman, mengatakan kebijakan ini kemungkinan akan terus berlanjut jika Prabowo menjadi presiden.
Dalam pemilu Indonesia kali ini, Prabowo unggul lebih dari 50 persen berdasarkan perhitungan cepat beberapa lembaga pemungutan suara.
“Masalahnya bagi negara-negara besar adalah Jakarta sangat tidak memihak dan hampir pasti akan tetap netral terlepas dari siapa yang menang,” kata Grossman, dikutip dari APRabu (14/2).
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, juga punya penilaian serupa.
Prabowo menyuarakan kelanjutan pemerintahan Jokowi. Artinya kebijakannya bisa menguntungkan Tiongkok.
Saya melihat dalam hal ini pemilu, di Indonesia kelanjutan kebijakan Jokowi bermanfaat bagi China dalam hal ini investasi di Indonesia dan bagaimana investasi tetap berjalan, kata Yon saat dihubungi. CNNIndonesia.com.
Meski demikian, ia juga tak memungkiri bahwa Prabowo memiliki kedekatan dengan AS di bidang pertahanan.
Yon menilai jika akhirnya Prabowo menjadi presiden, maka politik luar negeri Indonesia akan tetap sama, yakni kebebasan beraktivitas.
“Dalam hal ini, Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran tetap menjaga keseimbangan, tidak berpihak pada Amerika atau China,” ujarnya.
Prabowo memuji AS dan China saat menghadiri forum Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada November lalu.
Ia mengatakan, peran historis AS adalah menekan Belanda agar mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1940-an. Prabowo juga menyinggung peran penting Tiongkok bagi Asia Tenggara.
Di Indo-Pasifik, Amerika Serikat dan Tiongkok melihat bagaimana munculnya pemimpin-pemimpin baru di kawasan ini mengancam kepentingan mereka.
Akankah Filipina menjadi medan pertempuran AS-Tiongkok?
Di Filipina, misalnya, ketika Rodrigo Duterte menjadi presiden, ia menjadi salah satu pengkritik paling vokal di Asia terhadap kebijakan keamanan AS.
Duterte mengancam akan mengusir personel militer AS yang berada di Filipina untuk pelatihan tempur. Ia juga memutuskan untuk mengakhiri perjanjian pertahanan yang mengizinkan ribuan warga AS menjalani pelatihan tempur.
Di sisi lain, Duterte juga menjalin hubungan dekat dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Setelah Duterte mengundurkan diri, Ferdinand Marcos Jr menjabat sebagai presiden pada tahun 2016. Ia menyetujui perluasan kehadiran pangkalan militer AS di Filipina.
Marcos mengklaim keputusan itu untuk memperkuat pertahanan teritorial di Filipina seiring meningkatnya ancaman dari Tiongkok di wilayah yang diklaim oleh pemerintahan Marcos.
China kemudian memprotes keputusan tersebut dapat merusak keamanan nasional negaranya.
LCS dan perselisihan ASEAN
Sengketa beberapa negara anggota ASEAN dengan Laut Cina Selatan masih berlangsung hingga saat ini.
Negara-negara ASEAN yang bersekutu dengan Tiongkok seperti Kamboja dan Laos menentang segala upaya untuk menjadikan Tiongkok sebagai objek kritik dalam komunike tersebut.
(isa/bac)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);