Jakarta, Pahami.id —
Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un menjadi fokus setelah menggunakan kata dan frasa yang sering digunakan oleh masyarakat Korea Selatan.
Kim Jong Un dilaporkan menggunakan kata-kata tersebut ketika berbicara kepada korban banjir Korea Utara sekitar awal Agustus.
Ia terdengar menggunakan istilah warga negara/warga negara dan bukan kata khas kelompok komunis yaitu teman/kawan, menggunakan kata-kata yang tidak sopan kepada orang tua/orang tua dan kakek-nenek, dan TV itu untuk televisi, bukan terebi.
Hal ini mengejutkan warga Korea Utara karena Kim Jong Un telah menerapkan pembatasan brutal terhadap warga negara yang kedapatan menikmati konten budaya Korea Selatan, termasuk penggunaan bahasa gaul dan istilah-istilah yang umum digunakan oleh tetangganya di selatan.
Lantas, apa yang dimaksud Kim Jong Un dengan menggunakan kata yang lebih akrab di telinga warga Korea Selatan?
Pakar dari think tank Heritage Foundation, Bruce Klingner, meyakini Kim Jong Un pasti pernah menyaksikan peristiwa dari Korea Selatan atau mempelajari kata-kata tersebut dari orang-orang di sekitarnya.
Namun menurut pengamat ini, tindakan Kim Jong Un membingungkan karena sering menghukum warga Korea Utara yang menggunakan kata-kata yang digunakan warga Korea Selatan.
“Ini akan sangat tidak biasa karena orang akan berpikir bahwa pejabat Korea Utara mana pun yang menggunakan frasa Korea Selatan dapat dihukum tanpa memandang pangkatnya,” kata Klinger. Radio Gratis AsiaJumat (16/8).
Pemerintah Korea Utara sering menghukum dan mengirim orang ke kamp kerja paksa jika mereka ketahuan menonton drama atau film Korea Selatan dan mendengarkan lagu-lagu mereka.
Korea Utara menganggap penggunaan istilah Korea Selatan sebagai gerakan anti-sosialis dan memberikan pengaruh buruk.
Mantan utusan khusus AS untuk Korea Utara untuk hak asasi manusia Robert R King punya penilaian berbeda.
King melihat penggunaan kata Korea Selatan oleh Kim Jong Un sebagai sinyal keterbukaan Korea Utara terhadap Negara Ginseng.
“Ketika Anda menjalankan suatu negara, apa adanya, dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan,” kata King.
Dia kemudian berkata, “Saya berasumsi bahwa meskipun (pidatonya) terutama terfokus pada urusan dalam negeri Korea Utara, dia tahu bahwa Korea Selatan memantau dengan cermat apa yang sedang terjadi.”
Penggunaan kata-kata Kim Jong Un dalam pidatonya juga mengejutkan masyarakat Korea Utara.
“Orang-orang lebih terkejut dengan cara Kim Jong Un menggunakan kata Korea Selatan dalam pidatonya dibandingkan isi pidatonya itu sendiri,” kata warga Korea Utara tersebut.
Setelah Korea Utara dan Korea Selatan menjadi negara terpisah, mereka memiliki ejaan dan kosa kata sendiri dalam bahasa mereka. Korea Utara merupakan negara yang jarang mempraktikkan bahasa asing.
(isa/rds)