Site icon Pahami

Berita Apa itu Humanitarian City yang Mau Dibuat Israel Buat ‘Kurung’ Gaza?

Berita Apa itu Humanitarian City yang Mau Dibuat Israel Buat ‘Kurung’ Gaza?


Jakarta, Pahami.id

Perdana Menteri Pemerintah Israel Benjamin Netanyahu Berencana membangun kota kemanusiaan yang dikatakan penduduknya Palestina Di Rafah.

Pekan lalu, pemerintah Israel mengungkapkan rencana untuk mengusir warga Palestina dengan memindahkan mereka ke zona baru di Rafah. Proposal ini terkandung dalam proposal Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza/GHF Humanitarian Foundation) yang didukung oleh Amerika Serikat.


“Orang -orang Gaza akan hidup sementara, deradikalisasi, terintegrasi, dan siap untuk bergerak jika mereka mau,” kutipan dalam proposal.

Rencana itu dikritik oleh banyak orang termasuk PBB (PBB) dan oposisi Israel. Mereka mempertimbangkan langkah untuk memaksa warga Palestina.

Juga, kota kemanusiaan apa yang ingin dibangun oleh Netanyahu?

Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengatakan bahwa Palestina akan berada di zona baru yang disebut kota kemanusiaan. Kota -kota buatan akan berada di Rafah, sebuah wilayah yang dihancurkan oleh tentara Zionis.

Katz mengatakan semua warga Palestina bisa memasuki kota kemanusiaan, tetapi tidak bisa meninggalkan zona itu. Bagi orang -orang yang akan masuk juga akan diperiksa secara ketat.

Katz juga mengatakan bahwa 600.000 warga Palestina yang tinggal di Pantai Al Mawasi akan dipaksa untuk pindah ke Rafah dalam waktu 60 hari setelah gencatan senjata disepakati.

Kemudian, kata Katz, seluruh penduduk Gaza yang terdiri dari lebih dari 2 juta orang akan dipindahkan ke kota buatan, seperti yang disebutkan Al Jazeera.

Rencana itu, katanya, tidak akan dilakukan oleh tentara Israel tetapi oleh badan -badan internasional tanpa menyebutkan rincian lebih lanjut.

Militer Israel menilai bahwa rencana pembangunan kota untuk mengakomodasi Palestina akan memakan waktu beberapa bulan atau bahkan satu tahun. Mereka takut bahwa tujuan utama di Gaza tidak dilakukan karena rencananya.

Kamp Konsentrasi

Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengatakan rencana itu sama dengan menangkap orang -orang Palestina di kamp penahanan dan upaya pembersihan etnis.

“Ini kamp penahanan. Saya minta maaf. Jika mereka dapat dikirim kembali ke kota kemanusiaan, maka Anda bisa menjadi bagian dari pembersihan etnis,” katanya, CNN.

Sementara itu, pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan pengembangan kota kemanusiaan akan mengambil anggaran yang sangat besar, lebih dari yang dilaporkan US $ 4 miliar. Dia kemudian meminta Israel untuk segera mengakhiri invasi dan mengembalikan tebusan kiri dengan aman.

Pengacara Hak Asasi Manusia di Israel, Michael Sfard, juga berkomentar. Dia mengatakan rencana pemerintah Netanyahu adalah pemindahan orang yang dipaksa dalam persiapan untuk penggusuran. Keduanya adalah kejahatan perang.

“Jika dilakukan pada skala besar, ini dapat dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Sfard.

Selain itu, ia menekankan bahwa pemindahan paksa tidak akan sukarela dari Gaza sebagai klaim kepada pejabat senior Israel.

Israel meluncurkan invasi Palestina pada Oktober 2023. Sejak itu, mereka telah menyerang rakyat dan benda -benda publik. Sampai saat ini, lebih dari 58.000 orang telah terbunuh dan ratusan ribu rumah telah dihancurkan.

Panggilan gencatan senjata permanen sering disuarakan oleh komunitas internasional. Namun, sampai saat ini belum diterapkan. Presiden AS Donald Trump telah membuat proposal gila yang berpotensi mengeluarkan Palestina dari tanah air mereka.

(ISA/RDS)


Exit mobile version