Jakarta, Pahami.id —
Puluhan anggota parlemen Turki terlibat perkelahian saat sidang membahas kekebalan aktivis HAM Can Atalay pada Jumat (16/8).
Keributan berlangsung selama 30 menit dan menyebabkan dua orang luka-luka. Sidang pun ditunda.
Mereka yang terluka adalah anggota Partai Rakyat Republik (CHP) dan anggota Partai Kesejahteraan dan Demokrasi (DEM). Keduanya menderita luka di kepala.
Kekacauan di parlemen terjadi setelah anggota Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa, Alpay Ozalan, mengkritik anggota sayap kiri Partai Pekerja (TIP) Turki, Ahmet Sik.
Sik pertama kali melontarkan pernyataan yang mengkritik sikap pemerintah terhadap Atalay.
“Pantas saja Anda menyebut Atalay sebagai teroris,” kata Sik AFP.
Ia kemudian berkata sambil menunjuk pada mayoritas yang berkuasa, “Semua orang harus tahu bahwa teroris terbesar di negara ini adalah mereka yang duduk di kursi itu.”
Selain seorang aktivis, Atalay merupakan seorang pengacara yang saat ini mendekam di penjara. Dia memenangkan kursi parlemen pada pemilihan umum tahun lalu setelah berkampanye dari balik jeruji besi.
Mendengar komentar Sik, Ozalan langsung berdiri dan berjalan menuju podium. Dia kemudian mendorong anggota partai TIP itu hingga terjatuh.
Saat terjatuh, Sik beberapa kali dipukul oleh anggota parlemen AKP. Berdasarkan pantauan AFP, puluhan anggota parlemen ikut serta dalam pertarungan ini.
Rekaman pertarungan tersebut menjadi viral di media sosial. Dalam rekaman tersebut terlihat seorang petugas sedang melakukan perlawanan dan seorang staf sedang membersihkan noda darah di lantai ruangan.
Saat mengetahui salah satu anggotanya terluka, ketua CHP Ozgur Ozel mengutuk kekerasan tersebut.
“Saya malu menyaksikan situasi ini,” kata Ozel, dikutip The Guardian.
Ketua DPR Turki kemudian menyatakan pihak yang menghasut perlawanan akan dikenakan sanksi. Namun, dia tidak menjelaskan lebih detail mengenai hukuman yang dimaksud.
Atalay divonis 18 tahun penjara pada tahun 2022 atas kasus protes Gezi sebelas tahun lalu.
Ia dituduh berusaha menggulingkan pemerintah dengan mengorganisir demonstrasi, dikutip Sky News.
Pada pemilu tahun lalu, ia mendaftar sebagai calon DPRD Wilayah Hatay dari TIP. Partai ini hanya mempunyai tiga kursi di parlemen.
Saat kampanye, ia menyampaikan idenya dari balik jeruji besi.
Keributan di ruang parlemen sebenarnya terjadi setelah pengadilan memutuskan menguatkan keputusan Atalay pada Januari lalu.
Parlemen kemudian mengadakan pertemuan dan mencoba merebut kembali kursi Atalay dengan mengadakan pemungutan suara. Perwakilan partai sayap kiri juga disebut-sebut berusaha menggulingkannya.
Hasil pemungutan suara menunjukkan Atalay tidak berhak mendapat kursi parlemen.
Namun, pada 1 Agustus Mahkamah Konstitusi menyatakan pemecatan Atalay sebagai anggota parlemen “batal demi hukum”.
Keputusan ini membuat perwakilan AKP dan kelompok sayap kanan bersatu dan kembali mencoba menggulingkan Atalay.
(isa/mikrofon)