Site icon Pahami

Berita Alasan Warga China Ogah Punya Anak, Capek Kerja-Biaya Mahal


Jakarta, Pahami.id

Sejumlah anak muda di Cina memilih untuk tidak memiliki dan membesarkan anak.

Mereka bertekad dengan pilihannya karena merasa lelah bekerja dan mahalnya biaya membesarkan anak di Tiongkok.


Krisis populasi yang melanda Tiongkok menyebabkan angka kelahiran menurun. Kenyataan tersebut berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia).

Generasi muda yang menolak memiliki anak sebagian besar berasal dari Generasi Z. Masalah karir menjadi salah satu faktor utama penolakan mereka.

Kejar karier alih-alih membesarkan keluarga

Permasalahan masa depan generasi muda di Tiongkok dihantui oleh berbagai dinamika. Salah satunya adalah krisis keuangan.

Generasi Z di Tiongkok, khususnya perempuan, lebih memilih berkarir dan hidup mandiri.

“Menabung dan fokus pada karir adalah prioritas saya karena saya merasa lelah setelah bekerja,” kata Awen, seorang desainer CNBC.

Karier seringkali menjadi alasan ketika orang tua meminta mereka untuk berkeluarga. Apalagi perempuan di Tiongkok merasa lebih bahagia jika tinggal sendiri.

Jumlah penduduk perempuan di Tiongkok sebanyak 698 juta jiwa, sedangkan persentase penduduk perempuan sebesar 48,99 persen berbanding 51,01 persen penduduk laki-laki.

Angka populasi perempuan yang lebih rendah merupakan kekhawatiran utama pemerintah Tiongkok.

Memiliki keluarga tidak lagi diperlukan

Angka kelahiran terus menurun seiring dengan menurunnya minat generasi muda untuk berkeluarga.

Seorang wanita Tiongkok, Janet Song, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan South China Morning Post bahwa memiliki suami atau anak tidak akan membantunya menjalani kehidupan yang sukses.

Liu Xin, direktur kreatif di sebuah biro iklan juga mengakui bahwa “‘Hidup untuk diri sendiri’ telah menjadi kampanye periklanan yang digunakan untuk menarik konsumen wanita karena banyak konsumen wanita di bawah usia 35 tahun hanya ingin menyenangkan diri sendiri.”

Sementara itu, Profesor Yang Hu mengatakan Tiongkok harus melakukan sesuatu untuk mendorong perempuan memiliki anak, seperti dikutip dari ABC Bersih.

Sebelumnya, beberapa negara di kawasan Asia belakangan menjadi sorotan karena sedang dilanda resesi seksual sehingga memicu kegelisahan nasional.

Tiongkok menjadi salah satu negara di Asia yang akan mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 2,08 juta jiwa pada tahun 2023. Penurunan jumlah penduduk ini juga terjadi ketika pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya tumbuh sebesar 5,2 persen sepanjang tahun 2023.

Bahkan Presiden Xi Jinping sedang mencoba kebijakan baru untuk meningkatkan angka kelahiran di negaranya melalui insentif keuangan dan meningkatkan fasilitas penitipan anak.

Selain itu, pada tanggal 15 November Xi Jinping juga menandatangani kebijakan untuk memperbaiki kebijakan keluarga berencana: pasangan dengan satu anak diperbolehkan memiliki dua anak.

(val/bac)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);

Exit mobile version