Jakarta, Pahami.id –
Afrika Selatan menyebutkan adanya pengungsian ratusan warga Jalur Gaza Palestina ke negaranya melalui penerbangan carter yang pengelolaannya tidak jelas sebagai bagian dari “agenda pembersihan etnis”.
Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Ronald Lamola membenarkan bahwa evakuasi tersebut, yang sebelumnya digambarkan sebagai penerbangan misterius, adalah operasi yang direncanakan dengan jelas.
“Ini sepertinya menjadi agenda yang lebih luas untuk membersihkan rakyat Palestina dari tanah Palestina hingga berbagai tempat di dunia,” ujarnya kepada wartawan di Johannesburg, Senin (17/11), mengutip Al Jazeera.
Dia kemudian berkata, “Kami tidak ingin ada lagi penerbangan yang datang, karena ini jelas merupakan agenda untuk membersihkan etnis Palestina dari Gaza dan Tepi Barat.”
Pekan lalu, sebuah pesawat sewaan yang membawa 156 warga Palestina tiba di Afrika Selatan. Mereka terjebak selama 12 jam di pesawat karena masalah administrasi.
Afrika Selatan akhirnya mengizinkan mereka meninggalkan pesawat setelah organisasi bantuan kemanusiaan donor berjanji akan menyediakan akomodasi bagi mereka. Dari ratusan orang tersebut, 130 orang berada di Afrika Selatan dan sisanya melakukan penerbangan ke negara lain.
Pada akhir Oktober, sebuah pesawat bersertifikat yang membawa 176 warga Palestina juga mendarat di Johannesburg.
Otoritas Israel melalui badan yang bertanggung jawab atas urusan sipil dan teritorial Palestina (COGAT) menyatakan, sebelum terbang mereka telah mendapat izin dari negara ketiga, tanpa menyebutkan negara mana yang dimaksud.
Ratusan warga Palestina yang tiba tanpa dokumen di Afrika Selatan diduga diterbangkan oleh organisasi Al-Majd Europe, yang dituduh berkoordinasi dengan otoritas Israel.
Media Israel menyebutkan organisasi itu dipimpin oleh seorang berkewarganegaraan ganda Israel bernama Tomer Janar Lind. Lind dikatakan telah bekerja dengan unit di tentara Israel yang bertugas memaksa warga Palestina keluar dari Gaza untuk memfasilitasi beberapa penerbangan.
Menurut laporan HaaretzLind tidak menyangkal mengatur penerbangan untuk warga Palestina, namun dia menolak untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut.
Di media sosial, Al-Majd menyebarkan iklan yang menyatakan bahwa mereka mengoordinasikan “pemindahan dari zona konflik”, dan mengenakan biaya yang tidak seberapa. Warga Palestina yang berangkat ke Afrika Selatan pekan lalu mengaku membayar US$2.000 atau sekitar Rp. 33 juta per orang untuk menaiki pesawat bersertifikat.
Salah satu warga Palestina yang berada di pesawat tersebut, Loay Abu Saif, mengaku mendengar tentang Al-Majd dari iklan media sosial.
Saif mengaku belum mengetahui kapan akan meninggalkan Gaza, hingga sehari sebelumnya ia mendapat kabar penumpang hanya boleh membawa tas kecil, ponsel, dan uang tunai.
Mereka dibawa dengan bus dari Rafah di Gaza selatan ke perbatasan Karem Abu Salem (dikenal sebagai Kerem Shalom di Israel), di mana mereka disaring, kemudian dipindahkan ke Bandara Ramon di Israel, tanpa otoritas Israel membuang dokumen perjalanan mereka.
(ISA/RDS)

