Jakarta, Pahami.id —
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu abaikan seruan Presiden Amerika Serikat Joe Biden tentang rencana penyerangan Rafah, Gaza selatan selama bulan Ramadhan.
Netanyahu menanggapi pernyataan Biden yang menyebut operasi di Rafah merupakan garis merah. Presiden AS juga memintanya untuk memikirkan kembali dampak tindakan Israel di Gaza.
“Kau tahu, aku punya garis merah. Anda tahu apa itu garis merah? Agar [serangan mendadak] “7 Oktober tidak akan pernah terjadi lagi,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan media Jerman Axel SpringerMinggu (10/3).
Pernyataan Netanyahu merujuk pada serangan mendadak Hamas di wilayah Israel yang kemudian dibalas dengan serangan besar-besaran dan deklarasi perang.
Netanyahu pun menegaskan akan terus mengirimkan pasukan ke Rafah, terlepas apakah ada perjanjian gencatan senjata atau tidak.
“Kami akan pergi ke sana. Kami tidak akan pergi [Gaza],” kata Netanyahu seperti dikutip CNN.
Dalam kesempatan terpisah, Netanyahu juga menegaskan operasi darat di Rafah tidak akan berlangsung lebih dari dua bulan.
Namun PM Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut terkait kapan pastinya operasi di Rafah akan berakhir.
“Setelah kita memulai aksi gencar untuk membasmi batalyon teroris Hamas di Rafah, hanya bertahan beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan. Artinya tidak lebih dari dua bulan, mungkin enam minggu, mungkin empat,” ujarnya.
Seorang anggota kabinet perang Israel, Benny Gantz sebelumnya memperingatkan bahwa tentara Zionis akan melancarkan perang skala penuh di Rafah jika gencatan senjata sementara dan pembebasan sandera tidak tercapai selama bulan Ramadhan.
Pembicaraan gencatan senjata yang digelar di Kairo, Mesir pekan lalu berakhir buntu.
Ilustrasi. Israel akan terus menyerang Rafah, selatan Gaza sepanjang Ramadhan. (REUTERS/IDF)
|
Perjanjian gencatan senjata tersebut mencakup penghentian pertempuran selama enam minggu dan pembebasan sekitar 100 sandera yang ditahan oleh Hamas.
Hamas menuduh Israel sengaja menggagalkan upaya gencatan senjata. Israel disebut tidak mengirimkan delegasi ke Kairo karena berharap bisa menerima seluruh daftar sandera Hamas yang masih hidup.
Namun Hamas enggan mengabulkan permintaan tersebut. Mereka menilai usulan Israel tidak mungkin dilakukan tanpa gencatan senjata karena sandera tersebar di zona perang.
Israel juga menolak tuntutan Hamas agar invasi militer Zionis diakhiri sepenuhnya dan menarik seluruh pasukan dari Palestina.
Israel melancarkan invasi ke Palestina pada 7 Oktober. Akibat serangan mereka, lebih dari 31 ribu warga Palestina tewas.
(isa/asr)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);