Jakarta, Pahami.id –
Sebanyak 7 suku Badui Di Lebak, Banten dilaporkan meninggal karena gigitan Ular ((Calloselasma Rhodostoma) Pada bulan Januari – Agustus 2025.
Teman -teman sukarelawan Indonesia (SRI) mengatakan bahwa orang -orang Bedui meninggal karena mereka tidak punya waktu untuk dilarikan ke rumah sakit.
“Semua Badui yang meninggal karena gigitan ular pahit, karena penundaan itu dilarikan ke rumah sakit,” kata koordinator Sri Muhammad Arif Kirdiat di Lebak, Banten, Sabtu (16/8) seperti yang dilaporkan oleh Di antara.
Peristiwa terakhir terjadi minggu ini ketika dua orang Badui, Pink dan Sarman meninggal karena gigitan ular beracun.
Peningkatan kasus gigitan ular diduga sebagai penduduk Badui sekarang memasuki kalender tradisional untuk membuka pertanian dengan menebang pohon dan gulma secara tradisional.
Warga Badui memiliki potensi untuk menjadi korban tempat berlindung gigitan ular beracun di rumput dan semak -semak.
“Kami meminta Badui untuk bangun untuk menggigit ular beracun, terutama hujan masih berpotensi terjadi di siang hari,” kata Arif.
Dalam catatan Sri, dari Januari hingga 10 Agustus 2025, 49 orang adalah korban gigitan ular darat dan tujuh dari mereka dilaporkan tewas.
Penyebab kematian adalah karena kurangnya serum anti -nada di semua Puskesma lokal di sekitar orang -orang Badui hidup. Selain itu, pasien juga terlambat dibawa ke Magic House.
“Kami memohon kepada Badui jika seseorang menjadi korban gigitan ular beracun untuk segera melapor kepada petugas medis di tiga posisi klinik Sri untuk perawatan,” katanya.
Sementara itu, penduduk Badui, Ambu Sarna mengakui bahwa ketika ia menjadi korban gigitan ular beracun, ia dihubungi oleh petugas medis SRI untuk perawatan medis.
“Kami sekarang sedang pulih dan sekarang membuka pertanian pertanian, karena pada bulan September menanam beras atau beras,” kata Ambu.
(Ant/Sur)