Daftar isi
Jakarta, Pahami.id –
Menyeberang Rafah di perbatasan Gaza Dan Mesir kembali menjadi sorotan internasional.
Jalur ini, yang telah menjadi sumber bantuan kemanusiaan selama bertahun-tahun, belum sepenuhnya terbuka, meskipun gencatan senjata terbaru yang diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump telah mulai berlaku.
Berikut lima poin penting tentang penyeberangan Rafah, titik penyeberangan penting bagi jutaan warga Gaza, seperti diberitakan AFP:
1. Akses penting bagi bantuan dan masyarakat Gaza
Rafah merupakan satu-satunya pintu masuk dari Mesir ke Jalur Gaza yang memungkinkan pergerakan pekerja kemanusiaan dan truk yang membawa bantuan, mulai dari makanan, logistik medis, hingga bahan bakar. Di daerah yang sering mengalami pemadaman listrik, keberadaan jalur ini sangat penting bagi kelangsungan hidup penduduk.
Sebelum Israel memperketat blokade pada tahun 2007, Rafah juga menjadi pintu keluar utama bagi warga Palestina yang mendapat izin meninggalkan Gaza. Dari tahun 2005 hingga 2007, terminal ini berada di bawah otoritas Palestina sebelum menjadi simbol kendali Hamas setelah kelompok tersebut mengambil alih kekuasaan.
2. Di bawah kendali Israel sejak Mei 2024
Pada tanggal 7 Mei 2024, pasukan Israel mengambil alih Rafah di sisi Palestina dengan dalih bahwa penyeberangan tersebut digunakan untuk kegiatan ‘teroris’, termasuk dugaan penyelundupan senjata. Sejak itu, sebagian besar akses ke rute tersebut ditutup, termasuk yang biasa digunakan oleh badan-badan PBB.
Rafah sempat dibuka saat gencatan senjata singkat pada 19 Januari 2025. Saat itu, warga yang diperbolehkan keluar bisa melewati perbatasan, dilanjutkan dengan masuknya beberapa truk bantuan.
3. Pembukaan kembali masih menjadi tanda tanya
Gencatan senjata terbaru yang dipimpin Trump mulai berlaku pada 10 Oktober. Setelah itu, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyebutkan rencana pembukaan Rafah.
Namun, kantor PM Israel menegaskan persimpangan tersebut akan tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa Rafah akan dibuka dalam beberapa hari mendatang untuk memungkinkan warga Gaza keluar, namun Mesir segera membantah adanya perjanjian tersebut.
Cogat, badan Israel yang mengawasi urusan sipil di wilayah Palestina, mengatakan Rafah akan beroperasi di bawah pengawasan Misi Bantuan Perbatasan Uni Eropa, serupa dengan mekanisme pada Januari 2025.
Rencana dalam perjanjian gencatan senjata menyatakan bahwa Rafah akan dibuka kembali dan Gaza akan dapat menerima bantuan internasional dalam skala besar. Namun hingga saat ini Israel masih menahan keputusan tersebut dengan alasan Hamas belum mengembalikan seluruh jenazah sandera dan masih diperlukan koordinasi lebih lanjut dengan Mesir.
4. Peran Kerem Shalom dalam Penyaluran Bantuan
Sebagian besar bantuan internasional yang pertama kali tiba melalui Port Said atau El-Arish akan diarahkan ke Rafah. Dari sana, truk akan dikirim ke penyeberangan Israel di Kerem Shalom yang berjarak beberapa kilometer.
Saat itu, pengemudi harus keluar dari kendaraan untuk menjalani pemeriksaan ketat. Barang yang lolos pemeriksaan kemudian dipindahkan ke truk lain yang memiliki izin masuk ke Gaza.
5. Rute lainnya masih terbatas
Kesepakatan itu dibangun oleh Trump yang menetapkan target 600 truk bantuan memasuki Gaza setiap hari. Namun untuk saat ini, Israel hanya mengizinkan sejumlah kecil, tiga perempatnya melalui Kerem Shalom dan sisanya melalui Crossufim Crossing, berdasarkan data PBB.
Sementara itu, Penyeberangan Erez atau Beit Hanoun yang menghubungkan Gaza dengan Israel Selatan juga masih ditutup. Jalur tersebut rusak parah akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan baru dibuka sebentar pada awal tahun 2025.
Beberapa akses lain telah dioperasikan sebelumnya, namun hingga saat ini Israel belum memastikan apakah jalur tersebut akan dibuka kembali.
(sels/sel)

