Site icon Pahami

Berita 2 Tahun Invasi, Kenapa Perang Rusia Ukraina Berlangsung Lama?


Jakarta, Pahami.id

Invasi Rusia di Ukraina resmi memasuki tahun kedua sejak diluncurkan pada 24 Februari 2022. Selamatkan Anak-Anak mencatat lebih dari 10.500 korban jiwa akibat invasi tersebut, dengan 587 di antaranya adalah anak-anak.

Rusia terus menginvasi Ukraina dan berhasil merebut setidaknya seperempat wilayah negara tersebut. Selain itu, mengapa perang antara Rusia dan Ukraina berlangsung lama?

Para ahli dari lembaga think tank International Crisis Group menilai perang Rusia-Ukraina berlangsung lama karena berbagai pasokan bantuan yang diberikan negara-negara Barat ke Kyiv.


Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, NATO terus mengirimkan senjata canggih ke Kyiv untuk membantu bekas Uni Soviet mempertahankan diri dan melawan agresi Kremlin.

Negara-negara NATO juga terus melatih militer Ukraina dan mendanai pemerintah Ukraina.

Apalagi kini NATO punya anggota baru yakni Finlandia, berarti semakin banyak negara yang membantu Kyiv dengan senjata militer.

“Uni Eropa tidak hanya mengoordinasikan bantuan militer ke Ukraina tetapi juga melakukan pengadaan senjata yang lebih kooperatif, dengan tujuan ganda yaitu membantu Kyiv dengan lebih baik dan memastikan kemampuannya untuk menghalangi Moskow,” tulis Crisis Group.

Meski begitu, Rusia nampaknya tidak peduli dan terus mempertahankan diri dengan senjatanya sendiri yang diduga didukung oleh Korea Utara. Korea Utara membantah memasok senjata ke Rusia, namun tuduhan pasokan tersebut diperkuat dengan ditemukannya beberapa rudal Korea Utara yang ditembakkan Kremlin ke Ukraina.

Selain itu, Moskow telah lama percaya bahwa dukungan Barat terhadap Ukraina akan berkurang seiring berjalannya waktu. Kremlin yakin jika mereka tetap bertahan, negara-negara Barat pada akhirnya akan memperlambat atau mengakhiri bantuan ke Kyiv dan memaksa Ukraina untuk berdamai.

“Bahkan jika itu berarti Kyiv menyerahkan kedaulatan dan wilayah teritorialnya,” tulisnya. Grup Krisis.

Rusia, menurut Crisis Group, melihat negara-negara Barat saat ini juga mendapat tekanan politik dalam negeri, salah satunya akibat pemilihan umum di beberapa negara pada tahun ini.

Amerika Serikat, misalnya, akan menggelar pemilihan presiden pada November 2024. Salah satu kandidatnya, mantan Presiden Donald Trump, menunjukkan simpatinya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump bahkan mengatakan jika terpilih sebagai presiden, ia akan membawa AS keluar dari NATO dan membiarkan Rusia menyerang negara-negara anggota blok tersebut.

Trump mengatakan hal ini karena dia marah karena beberapa negara NATO tidak memenuhi kewajibannya untuk memberikan kontribusi. Trump mengatakan beberapa negara menunggak pembayaran dan negara lain tidak membayar sebanyak Amerika.

Gedung Putih mengecam pernyataan Trump. Washington mengatakan pernyataan Trump mengerikan dan tidak dapat diterima.

Selain itu, Ukraina belakangan ini mulai kewalahan karena banyak tentaranya yang tewas dan amunisi yang semakin menipis.

Awal tahun ini, Uni Eropa gagal memenuhi janjinya untuk mengirim 1 juta senjata ke Kyiv. Sebaliknya, Uni Eropa hanya mengirimkan beberapa ratus ribu saja.

Serangan balasan musim panas Kyiv yang telah lama ditunggu-tunggu juga gagal mencapai kemajuan. Kini, angkatan bersenjata Ukraina beralih ke mode defensif untuk menangkis serangan baru dari Moskow, seperti dikutip dari Pers Terkait.

(blq/wiw)

!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);

fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);

Exit mobile version