Jakarta, Pahami.id —
Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengerahkan pasukan ke perbatasan terdekat Finlandia dan memperingatkan sistem peringatan militer. Hal ini dilakukan menyusul bergabungnya dua negara Nordik dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization).NATO).
Laporan dari XinhuaPutin mengatakan, keputusan Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO murni berdasarkan pertimbangan politik.
Putin juga menyayangkan keputusan “tidak masuk akal” kedua negara di saat Rusia tidak berniat berdebat.
“Mereka sangat ingin menjadi anggota klub negara-negara Barat, di bawah payung seperti itu,” kata Putin dalam wawancara dengan media lokal, Rabu (13/3).
“Ini jelas merupakan langkah yang tidak berarti dalam menjamin kepentingan nasional mereka sendiri,” lanjut Putin.
Putin terkejut dengan hasil keduanya, terutama Finlandia yang kebetulan memiliki “hubungan ideal” dengan Rusia. Putin tidak memahami cara berpikir Finlandia karena Kremlin tidak punya alasan untuk memprovokasi perselisihan dengan Helsinki.
“Kami tidak memiliki klaim yang tumpang tindih, apalagi wilayah atau wilayah lain. Kami bahkan tidak memiliki pasukan. Kami memindahkan semua pasukan dari sana, dari perbatasan Rusia-Finlandia,” kata Putin seperti dikutip RIA.
Meski demikian, Putin tak ingin memperumit masalah ini. Ia juga menyatakan akan mengambil langkah sesuai sikap kedua negara.
“Kami tidak punya pasukan di sana, sekarang kami akan punya mereka. Tidak ada sistem penghancuran di sana, tapi sekarang akan ada,” tegas Putin.
Pada Senin (11/3), Swedia resmi menjadi anggota NATO ke-32, meninggalkan kebijakan non-blok yang telah lama dipegangnya.
Sementara itu, Finlandia resmi bergabung dalam pakta tersebut pada tahun lalu.
Keputusan kedua negara Nordik ini juga menyebabkan mereka kehilangan peran sebagai buffer zone antara NATO dan Rusia.
Sementara itu, komentar Putin juga muncul setelah Perdana Menteri Finlandia Petteri Orpo meminta Uni Eropa untuk mengikuti jejak Helsinki dalam meningkatkan keamanan di wilayah pinggiran.
Dia mengatakan ancaman hibrida terhadap Finlandia, termasuk migrasi oleh Rusia yang membawa orang-orang dari negara ketiga ke perbatasan Finlandia, telah memaksa negaranya untuk waspada.
“Kami telah mengembangkan strategi komprehensif yang mencakup semua sektor masyarakat, mulai dari pemerintah hingga sektor swasta. Pendekatan kami terhadap kesiapsiagaan tidak hanya mencakup pertahanan fisik tetapi juga ketahanan masyarakat yang sangat penting dalam menghadapi ancaman konvensional dan hibrida. kata Orpo seperti dikutip UPI.
Orpo kemudian memperingatkan bahwa jika jumlah migran di perbatasan Finlandia-Rusia meningkat, hal ini tidak hanya akan mengancam keamanan Finlandia tetapi juga menjadi ancaman nyata bagi Uni Eropa.
Orpo juga menyerukan peninjauan segera terhadap undang-undang UE untuk memastikan undang-undang tersebut cukup kuat dalam menghadapi ancaman serangan semacam itu.
“Kita harus mengirimkan pesan yang jelas: Eropa tegas dalam pertahanannya, tangkas dalam menanggapinya, dan tegas dalam komitmennya terhadap keamanan perbatasan negara-negara Eropa,” ujarnya.
Pada akhir Februari, Putin menandatangani dekrit yang menyetujui pembentukan kembali distrik militer Moskow dan Leningrad untuk memperkuat kekuatan militer Rusia di barat laut sebagai tanggapan terhadap ekspansi NATO.
(blq/rds)
!function(f,b,e,v,n,t,s){if(f.fbq)return;n=f.fbq=function(){n.callMethod?
n.callMethod.apply(n,arguments):n.queue.push(arguments)};if(!f._fbq)f._fbq=n;
n.push=n;n.loaded=!0;n.version=’2.0′;n.queue=[];t=b.createElement(e);t.async=!0;
t.src=v;s=b.getElementsByTagName(e)[0];s.parentNode.insertBefore(t,s)}(window,
document,’script’,’//connect.facebook.net/en_US/fbevents.js’);
fbq(‘init’, ‘1047303935301449’);
fbq(‘track’, “PageView”);