Jakarta, Pahami.id —
Setidaknya 130 tentara Israel menuntut pemerintahan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu menyetujui gencatan senjata di Jalur Gaza Palestina melalui surat permohonan.
Dalam petisi tersebut, 130 tentara termasuk tentara cadangan Israel dan wajib militer dari berbagai unit menyatakan penolakan mereka untuk menjadi tentara kecuali pemerintah berkomitmen terhadap gencatan senjata di Jalur Gaza dan memastikan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Menurut sebuah surat kabar Israel, Haaretzpetisi tersebut ditujukan kepada menteri kabinet perang Israel dan kepala staf angkatan bersenjata.
“Sekarang jelas bahwa melanjutkan perang di Gaza tidak hanya akan menunda kembalinya para sandera dari penawanan, tetapi juga membahayakan nyawa mereka. Banyak sandera yang terbunuh akibat serangan tersebut. [militer Israel]jauh lebih banyak daripada yang bisa diselamatkan melalui operasi militer,” kata surat itu seperti dikutip Al Jazeera.
Ratusan tentara juga memperingatkan bahwa mereka “tidak akan dapat terus bertugas” kecuali pemerintah mencapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera.
“Bagi sebagian dari kita, batas toleransi telah terlampaui. Bagi yang lain… harinya semakin dekat ketika kita, dengan hati yang hancur, akan berhenti melapor untuk bertugas,” tambah petisi tersebut.
Alih-alih mengakhiri agresi brutalnya dan menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, Netanyahu malah bersumpah untuk terus berperang di Jalur Gaza sampai semua tujuan tercapai dan “ancaman keamanan” terhadap Israel hilang.
Hal itu diungkapkan Netanyahu saat memperingati satu tahun invasi brutal Israel ke Jalur Gaza pada 7 Oktober lalu.
Sejauh ini, perundingan gencatan senjata dengan Hamas belum mencapai titik temu. Israel bahkan melancarkan invasi terbarunya ke Lebanon dan melancarkan invasi darat dengan dalih melawan milisi Hizbullah.
(rds)